3 Kesalahpahaman Teratas Tentang Rinitis Alergi yang Mungkin Kamu Pikirkan

Rinitis Alergi
Sumber :
  • 24h.com.vn

OlretRinitis alergi adalah penyakit yang sangat umum. Di Vietnam, dari 10 kasus yang berkaitan dengan THT, sekitar 3 kasus (32%) merupakan rinitis alergi.

Setelah Mengalahkan Filipina, Tim U22 Vietnam Menerima Kabar yang Sangat Baik Karena Melaju ke Final

Namun, banyak orang masih memiliki kesalahpahaman tentang rinitis alergi, tidak mengobatinya, atau mengobati sendiri secara tidak tepat, sehingga penyakit ini berkepanjangan dan mudah menjadi kronis.

Artikel ini akan membantu "mematahkan" kesalahpahaman tersebut agar pengobatan dapat efektif.

Dengan Melampaui Coach Park, Coach Kim Sang Sik akan menjadi yang terhebat di Asia Tenggara

1. Bersin berarti pilek

Bersin

Photo :
  • Youtube

Malaysia Akan Segera Memiliki Bintang Naturalisasi Baru yang Siap Menghadapi Vietnam

Fakta: Bersin, hidung tersumbat, atau pilek tidak selalu pilek. Dalam banyak kasus, gejala-gejala tersebut merupakan tanda-tanda rinitis alergi, reaksi tubuh terhadap paparan serbuk sari, debu, bulu hewan peliharaan, atau perubahan cuaca.

Rinitis alergi tidak menyebabkan demam, seringkali disertai hidung gatal, mata gatal, bersin terus-menerus, dan kambuh ketika terpapar alergen. Sementara itu, pilek disebabkan oleh virus, seringkali disertai demam ringan, sakit tenggorokan, kelelahan, dan hilang dengan sendirinya setelah 5-7 hari.

Perbedaan yang paling jelas: Rinitis alergi tidak menular, dan berlangsung selama alergen masih ada. Pilek dapat menular dan biasanya sembuh lebih cepat.

2. Hanya serbuk sari yang menyebabkan alergi

Alergi musiman, terutama disebabkan oleh serbuk sari dari tanaman berbunga dan gulma, biasanya muncul di musim semi, musim panas, atau musim gugur. Gejalanya dapat muncul saat cuaca berubah (cuaca dingin, dll.).

Alergi sepanjang tahun, yang menyebabkan gejala terlepas dari musim, seringkali disebabkan oleh alergen yang bertahan lama seperti tungau debu rumah, bulu hewan, dan jamur dalam ruangan.

Dengan demikian, serbuk sari merupakan salah satu alergen penyebab rinitis alergi, tetapi bukan satu-satunya. Alergen umum penyebab alergi juga dapat berupa tungau debu, bulu hewan/ketombe kulit, jamur, dll.

Menurut Kementerian Kesehatan, di Vietnam, angka penyakit hidung dan sinus meningkat, dengan sekitar 60-70% di antaranya adalah rinitis alergi. Peningkatan ini berkaitan erat dengan polusi udara, asap knalpot kendaraan, dan debu halus—faktor-faktor yang membuat mukosa hidung lebih sensitif terhadap alergen di lingkungan.

Belum lagi, tungau debu dan jamur yang ada sepanjang tahun di selimut, bantal, kasur, AC, dll., merupakan "penyebab" yang menyebabkan banyak orang bersin dan hidung tersumbat, bahkan saat bunga tidak sedang mekar.

3. Semua antihistamin menyebabkan kantuk

Fakta: Untuk mengendalikan gejala rinitis alergi secara efektif, antihistamin H1 seringkali menjadi pilihan utama pengobatan. Saat ini, terdapat dua kelompok utama antihistamin H1 - "generasi pertama" dan "generasi kedua".

Generasi pertama (misalnya Difenhidramin atau Klorfeniramin) lebih mungkin menyebabkan kantuk karena dapat melewati sawar darah-otak dan memengaruhi sistem saraf pusat.

Sebaliknya, generasi kedua (misalnya Cetirizine, Loratadine, Fexofenadine) lebih kecil kemungkinannya menyebabkan kantuk karena tidak mudah melewati sawar darah-otak. Dengan demikian, tidak semua obat untuk mengatasi gejala rinitis alergi menyebabkan kantuk, tetapi hal ini tergantung pada jenis obat yang digunakan.

Jika Anda khawatir rasa kantuk memengaruhi pekerjaan atau studi Anda, hubungi dokter atau apoteker untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Memilih obat yang tepat untuk membantu mengurangi gejala rinitis alergi secara efektif

Untuk mengobati dan mengurangi gejala rinitis alergi, perlu menggabungkan beberapa metode:

(1) mengurangi paparan alergen;

(2) dekongestan hidung,

(3) antihistamin H1,

(4) irigasi hidung dengan salin,

(5) tetes hidung dengan kortikosteroid.

Namun, sebelum menggunakan obat-obatan ini, Anda harus berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk mendapatkan dukungan pengobatan yang tepat.

Ketika gejala muncul, tergantung tingkat keparahannya, dokter mungkin meresepkan semprotan hidung yang mengandung kortikosteroid, atau antihistamin generasi ke-2 untuk diminum atau disemprotkan ke hidung.