Rahasia Parenting Bahagia: Ketika Ajaran Islam Bertemu Sains Modern

Rahasia Parenting Bahagia
Sumber :
  • Youtube

Olret – Di tengah tuntutan menjadi ibu yang "sempurna," seringkali para ibu milenial terjebak dalam burnout dan keraguan diri. Namun, bagaimana jika solusi untuk parenting yang efektif dan bebas stres sudah tertulis ribuan tahun lalu, dan kini dibuktikan oleh penelitian ilmiah?

Dalam episode #BossMama Ep. 19, Karina Hakman (Teh Karin), seorang peneliti dan ibu homeschooler dari tiga anak, membagikan wawasan mendalam tentang bagaimana prinsip Islami dapat menjadi fondasi ilmiah untuk membangun hubungan yang kuat dengan anak. Kuncinya sederhana: parenting dimulai dari kesehatan mental ibunya sendiri.

Pilar Parenting Islami yang Dibuktikan Sains

Parenting

Photo :
  • freepik

 

Teh Karin menyoroti bahwa banyak ajaran agama yang kini selaras dengan temuan terkemuka dari pusat perkembangan anak (seperti Harvard Children Development Center), terutama dalam hal membangun kelekatan (secure attachment).

 

1. Komunikasi: Lemah Lembut Sekelas Firaun

 

Salah satu poin paling menarik adalah perintah untuk bersikap lemah lembut. Seringkali orang tua mencari pembenaran untuk marah karena menganggap anaknya "nakal." Namun, Islam mengajarkan sebaliknya.

Teh Karin mencontohkan kisah Nabi Musa AS yang diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan nasihat kepada Firaun dengan kata-kata yang lemah lembut (QS Thaha). Jika Firaun saja harus dihadapi dengan kelembutan, bagaimana mungkin kita menggunakan kekerasan pada anak-anak kita sendiri?

Tegas bukan Marah: Ketegasan harus dipisahkan dari amarah. Kita bisa bersikap tegas (misalnya, menolak permintaan anak yang sakit untuk makan es krim) sambil tetap lembut dan penuh kasih. Ketegasan ini penting agar anak tidak tumbuh manja.

Dampak Buruk Marah: Bentakan, teriakan, atau silent treatment merusak hubungan dan membuat anak merasa tidak berharga (not worth enough)—efek psikologis yang sangat dilarang dalam Islam.

2. Membangun Ikatan dengan Reasoning

 

Selain sikap, orang tua harus mampu memberikan ilmu dan alasan (reasoning) di balik setiap tindakan. Ajari anak mengapa mereka harus berbuat baik atau belajar (QS Ali Imran 159).

Alasannya bukan hanya untuk sukses dunia, tetapi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah yang akan meninggikan derajat mereka dan membawa manfaat bagi masyarakat luas.

Kesejahteraan Ibu: Pondasi Kunci Keluarga

Pelajaran Parenting Dari Yeo Hwa Jeong

Photo :
  • tvn

 

Peran ibu yang multi-peran sering dikotak-kotakkan, padahal sejatinya Islam menghargai setiap potensi yang dimiliki wanita.

Prioritas Kesehatan Mental: Islam sangat menjunjung tinggi kesehatan ibu—fisik dan mental. Self-care seperti tidur cukup, berolahraga, dan menuntut ilmu bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan agar ibu mampu memberikan parenting yang optimal.

Belajar Adalah Ibadah Seumur Hidup: Bagi ibu, menuntut ilmu tidak terbatas pada ilmu parenting. Aktivitas belajar itu sendiri adalah ibadah yang dijanjikan akan memudahkan jalan menuju surga (Hadits). Narasi bahwa "perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi" adalah narasi yang keliru dalam pandangan Islam.

Untuk Working Mom: Barokah dalam Waktu Singkat

 

Bagi ibu bekerja, isu kuantitas versus kualitas waktu bersama anak sering memicu stres. Teh Karin menawarkan dua solusi powerful yang bersumber dari spiritualitas:

Amalan yang Konsisten

Allah mencintai amalan yang dilakukan secara kontinu, meskipun sedikit. Untuk ibu bekerja, ini berarti kualitas waktu selama 30-40 menit sepulang kerja harus benar-benar dioptimalkan. Singkirkan gadget dan hadirkan jiwa serta raga sepenuhnya.

Peran Ikhlas dan Doa

Rasa stres muncul ketika ibu menggantungkan hasil parenting pada kemampuannya sendiri. Kunci ketenangan adalah ikhlas dan tawakal kepada Allah.

Daripada menghabiskan waktu berjam-jam untuk curhat masalah anak, perbanyak doa setelah salat. Doa adalah effort yang jauh lebih kuat daripada sekadar afirmasi positif, karena ia menyandarkan harapan pada kekuatan Allah SWT.

Mengembangkan Fitrah Belajar di Rumah

 

Teh Karin juga membagikan pengalaman homeschooling yang berawal dari kebetulan, namun kini terbukti efektif karena ia dapat menyesuaikan kurikulum dengan laju belajar anak.

Nurturing Fitrah

Setiap anak dilahirkan dengan fitrah (kecenderungan alami) untuk belajar. Tugas orang tua adalah merawat fitrah ini. Anak yang awalnya sudah bisa menyelesaikan materi setahun dalam sebulan, tidak perlu menunggu teman sebayanya; ia bisa langsung bergerak mempelajari minat lain.

Pentingnya Evaluasi

Meskipun homeschooling, orang tua harus terus mengevaluasi agar anak tidak tertinggal dari kurikulum nasional, yang menjadi bar minimum pencapaian.

Closing Statement yang Menenangkan Hati

 

Pesan penutup dari Teh Karin adalah pengingat yang menenangkan bagi setiap orang tua yang merasa dihakimi:

"Yang terpenting bagi kita adalah Allah menyaksikan apa yang kita lakukan. Enggak peduli orang mau ngomongin apa. Karena di hari akhirat nanti yang akan menghakimi kita adalah Allah Subhanahu wa taala."

Parenting adalah perjalanan yang panjang, dan ikhlas menjadi benteng terakhir yang melindungi hati kita dari judgement orang lain.