Lebih dari Sekadar Sopan Santun: Aturan Emas Etika Sosial Islami yang Menjaga Hati
- freepik.com
Olret – Dalam Islam, ibadah tidak hanya terhenti di sajadah. Kebaikan sejati justru terpancar dalam interaksi kita sehari-hari, bahkan dalam hal-hal sekecil cara kita duduk atau siapa yang harus memulai salam.
Etika sosial (Adab) dalam Islam adalah sistem yang dirancang untuk menjaga kehormatan, menumbuhkan kasih sayang, dan mencegah kesedihan antar sesama.
Menurut penjelasan dari Ustadz Khalid Basalamah, dalam kajiannya dengan judul Alasan Mengapa Adab itu Penting Dalam Islam yang tayang di Youtube Masih Lurus. Berikut adalah tiga aturan emas dari Nabi ﷺ mengenai Adab berinteraksi sosial, yang sering kita abaikan.
1. Hati yang Terjaga: Mengapa Bisik-Bisik Bertiga Dilarang Keras
Pernahkah Anda merasa canggung atau sedih ketika dua teman Anda tiba-tiba berbisik-bisik di depan Anda?
Melindungi Perasaan
Inilah inti dari Hadis No. 1235. Nabi ﷺ melarang dua orang berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga saat mereka sedang duduk bersama. Larangan ini bertujuan murni untuk menjaga perasaan orang ketiga agar tidak timbul rasa curiga, tersisih, atau sedih.
Solusi Adab
Jika Anda benar-benar perlu berbicara rahasia, Ustadz Khalid Basalamah menasihati: Mintalah izin untuk pindah tempat atau pastikan Anda melibatkan orang ketiga dalam pembicaraan tersebut. Kebaikan sejati adalah yang menjamin ketenangan hati orang lain.
2. Siapa yang Harus Memulai Salam? Aturan Penghargaan yang Tepat
Salam adalah pintu masuk ke dalam hati seorang Muslim dan kunci kesempurnaan iman. Namun, siapa yang lebih dulu berhak mengucapkannya? Islam menetapkan urutan yang logis dan indah (Hadis No. 1238):
Mengamalkan urutan ini adalah praktik nyata dari kerendahan hati dan penghargaan dalam interaksi sosial.
3. Batas Interaksi: Salam Kepada Ahli Kitab (Non-Muslim)
Dalam urusan dakwah dan interaksi umum, Islam memerintahkan kita untuk berbuat adil dan baik. Namun, ada pengecualian halus dalam hal memulai salam.