Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama: Jurus Jitu Family Financial Planner

Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama
Sumber :
  • Youtube

Olret – Membicarakan uang sering kali dianggap tabu, apalagi dalam rumah tangga. Padahal, uang bukan sekadar angka, melainkan alat penting untuk mewujudkan mimpi dan mencapai kesejahteraan keluarga. Tanpa perencanaan yang matang, drama finansial tak terhindarkan.

Dalam episode perdana podcast #BossMama, Family Financial Planner ternama, Annisa Steviani, membagikan strategi cerdas bagi para orang tua—khususnya para ibu—untuk menjadi "Bos" keuangan keluarga tanpa perlu mengorbankan ketenangan.

Biaya Anak yang Sering Terlupakan (Hidden Buckets)

Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama

Photo :
  • Youtube

 

Annisa Steviani menekankan bahwa biaya anak tidak berkurang, melainkan semakin banyak seiring bertambahnya usia. Selain kebutuhan dasar (makan, pakaian), ada tiga bucket biaya utama yang wajib dipersiapkan sejak dini:

Kesehatan & Pendidikan

Ini adalah pos utama yang harus ditanggung orang tua. Mulai dari biaya melahirkan, vaksinasi, hingga biaya sekolah yang harus disurvei agar sesuai dengan value keluarga.

Biaya Pengasuhan

Apakah Anda memilih membayar pengasuh (daycare) atau sang ibu berhenti bekerja? Keduanya memiliki biaya. Berhenti bekerja berarti ada biaya peluang (opportunity cost) yang hilang dan tantangan besar untuk kembali berkarir.

Biaya Sosial (Culture Sekolah)

Ini adalah pos yang sering terlewatkan. Ketika anak masuk SD, akan muncul biaya tak terduga yang didorong oleh lingkungan sosial sekolah, seperti budaya playdate mingguan, kebiasaan ibu-ibu nongkrong, atau perayaan ulang tahun yang menuntut adanya kado

Strategi: Survei biaya sekolah (SD) minimal 3 tahun sebelum anak masuk. Cari tahu perkiraan kenaikan biaya tahunan dan mulai menabung dari sekarang. Waktu yang panjang untuk menabung akan meringankan beban bulanan Anda.

Kunci Komunikasi: Bicara Uang Sebelum Menikah

 

Bagi banyak pasangan, memulai obrolan tentang keuangan terasa menakutkan, khawatir dicap "matre." Padahal, keterbukaan finansial adalah pondasi rumah tangga sehat.

Apa yang Harus Dibicarakann

Bukan Hanya Gaji: Tanyakan kebiasaan utang, kebiasaan belanja (apakah tipe boros di awal bulan?), dan kebiasaan keuangan keluarga besar.

Peran Istri Bekerja: Tanyakan secara detail, "Kenapa menurutmu aku perlu bekerja?" atau "Kamu ingin istri yang seperti apa?" Pastikan visi tentang karir istri sejalan, agar tidak ada drama suami meminta istri berhenti kerja setelah anak lahir.

 

Tips Jika Pasangan Tertutup:

 

Jika komunikasi langsung sulit, ubah cara penyampaian. Tulis kekhawatiran Anda dalam bentuk surat atau email (tanpa emosi) dan ajak pasangan berdiskusi saat suasana santai (misalnya, saat liburan). Tujuannya jelas: bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk mencapai tujuan keuangan bersama.

Taktik Bertahan untuk Sandwich Generation

 

Beban ganda membiayai orang tua sekaligus keluarga inti adalah tantangan besar di Indonesia. Annisa Steviani menyarankan beberapa taktik untuk meringankan beban mental dan finansial:

Ubah Perspektif: Ganti mindset dari "ini beban" menjadi "ini tanggung jawab atau pilihan". Perspektif ini akan jauh meringankan beban emosional.

Jangan Dipikul Sendiri: Beranikan diri untuk berbagi beban dengan saudara. Meskipun adik/saudara belum berpenghasilan besar, kontribusi sekecil apa pun (misalnya, membayarkan listrik) akan mengurangi tanggungan Anda.

Tingkatkan Penghasilan: Jika tanggungan bertambah, maka pendapatan juga harus bertambah. Terus cari peluang pendapatan tambahan (side hustle) dengan open mindset dan growth mindset.

Mendidik Anak Melek Finansial: Mulai dari Emosi

 

Pelajaran keuangan pada anak tidak melulu soal menabung di celengan. Kunci utama adalah melatih regulasi emosi dan kemampuan menunda keinginan.

 

Jurus Parenting Keuangan:

Tantrum (Usia 2-3 Tahun)

Saat anak tantrum atau minta sesuatu, jangan segera memberikannya. Sikap ini melatih anak untuk menunggu dan tidak mengaitkan emosi (sedih/senang) dengan pembelian.

Ajarkan Belanja, Bukan Hanya Menabung

Setelah anak mengerti angka, ajak mereka belanja dengan uang mereka sendiri (misalnya uang angpao). Biarkan mereka mengalami sendiri bahwa uang terbatas dan harus membuat keputusan tentang apa yang worth it dibeli (misalnya, membandingkan harga barang dengan ongkos kirim).

Latih Convincing Skill

Untuk pembelian besar (misalnya gadget), minta anak membuat presentasi atau argumen tertulis mengapa mereka sangat membutuhkan barang tersebut. Ini adalah pelatihan berharga untuk masa depan!

Pesan untuk Para Mama

 

Selalu ingat: "You can always try again." Jika Anda merasa gagal dalam mengelola uang bulan ini, tidak apa-apa. Coba lagi bulan depan dengan cara yang berbeda. Begitu pula dengan parenting dan mengelola emosi.

Dan yang terpenting: Self-care tidak harus selalu berupa belanja. Carilah me time yang memberikan ketenangan (seperti membaca buku tanpa diganggu) dan sepakati waktu me time ini dengan suami.

Jangan gunakan mindset "nitip" anak, karena mengurus anak adalah tanggung jawab bersama. Jadilah Bos Mama yang bisa mendelegasikan dan memimpin, bukan Super Mom yang melakukan semuanya sendiri.