Maudy Ayunda Bongkar Cara Mengubah Insecurity Menjadi Senjata Pertumbuhan: Jadilah yang Paling Bodoh di Ruangan
- Youtube
Olret – Siapa yang tidak mengenal Maudy Ayunda? Dikenal karena kecerdasan dan prestasinya, Maudy sering dianggap sebagai representasi kesuksesan yang "sempurna."
Namun, dalam perbincangannya yang jujur di podcast Suara Berkelas, Maudy membongkar filosofi pribadinya tentang imposter syndrome, pentingnya kerendahan hati intelektual, dan bagaimana ia mendefinisikan kembali arti privilege dalam hidupnya.
Ini adalah panduan praktis dari seorang high performer tentang bagaimana mengelola tekanan, mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan menemukan makna sejati di balik kesuksesan.
1. Rahasia High Performer: Kekuatan Curiosity dan Humility
Maudy Ayunda
- Instagram @maudyayunda
Berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan orang-orang berkelas di Oxford dan Stanford, Maudy menemukan bahwa high performer memiliki dua kombinasi yang sangat kuat: Curiosity (Rasa Ingin Tahu) dan Humility (Kerendahan Hati).
Curiosity sebagai Rasa Lapar
Rasa ingin tahu mereka bukanlah sekadar minat, melainkan "rasa lapar" akan pertumbuhan. Maudy mengutip: "Semakin banyak yang kita tahu, semakin kita merasa kita tidak tahu apa-apa."
Humility sebagai Kunci
Kerendahan hati di sini berarti menerima bahwa "kita bisa salah" dan kita terbatas sebagai manusia. Pengakuan ini memicu keterbukaan terhadap perspektif orang lain dan mendorong proses belajar tanpa henti.
Aksi vs. Visi
Selain itu, high performer mampu menggabungkan visi jangka panjang yang sangat jauh, dengan eksekusi jangka pendek yang konsisten. Kombinasi ini memastikan mereka tidak hanya bermimpi besar, tetapi juga bergerak maju setiap hari.
2. Mengubah Imposter Syndrome Menjadi Mesin Pertumbuhan
Maudy Ayunda Bongkar Cara Mengubah Insecurity
- Youtube
Maudy mengakui bahwa ia sering merasa insecure atau mengidap Imposter Syndrome, terutama saat menjalani studi S1 di Oxford, di mana lingkungan terasa sangat menekan. Ia lantas membuat perubahan pola pikir yang sangat krusial:
"Coba tempatkan dirimu di ruangan di mana kamu adalah orang yang paling tidak pintar atau paling tidak cakap. Karena itu berarti kamu adalah orang yang paling bertumbuh di ruangan itu."
Filosofi ini membantu Maudy mengalihkan fokus dari performance (berkompetisi dan tampil sempurna) ke learning (menyerap dan menyadari bahwa ia adalah sponge yang akan mendapatkan delta pertumbuhan paling besar).
Insecurity pun berubah fungsi, dari penghalang menjadi indikator bahwa ia sedang berada di tempat yang menantangnya untuk berkembang.
3. Redefinisi Privilege dan Makna Sejati
Mengandalkan Privilege
- freepik.com/author/jcomp
Maudy menekankan bahwa privilege itu berlapis (layered), tidak hanya sebatas uang. Privilege bisa berupa punya orang tua yang suportif, atau bahkan tinggal di negara tertentu. Namun, yang paling menarik adalah sudut pandangnya terhadap krisis diri
Audit Period
Maudy saat ini sedang berada dalam fase "audit period" untuk memastikan bahwa apa yang ia kejar setelah bertahun-tahun "sprinting" di usia 20-an, masih benar-benar selaras dengan keinginannya. Ia juga belajar untuk memberi diri "lebih banyak kesabaran dan keluwesan."
Krisis sebagai Privilege
Maudy mengajak kita merenung: "Mempertanyakan passion atau punya crisis of the soul adalah sebuah privilege." Sebab, ini mengindikasikan bahwa kebutuhan fisik sudah relatif terpenuhi, sehingga kita memiliki ruang untuk memikirkan kesejahteraan batin.
4. Pelajaran Paling Berharga: Passion Dibangun, Bukan Ditemukan
Ketika ditanya mengenai worst advice (saran terburuk) yang pernah ia dengar, Maudy menunjuk pada keyakinan bahwa "passion adalah sesuatu yang harus kamu temukan."
Maudy berpendapat, keyakinan ini membuat banyak orang cepat frustrasi dan berganti pekerjaan hanya dalam hitungan bulan karena merasa "ini bukan passion gue."
Sebaliknya, ia menawarkan perspektif yang lebih memberdayakan:
"Passion itu butuh waktu dan passion adalah sesuatu yang dibangun dari aksi (action), bukan dicari."
Dengan kata lain, kita bisa memilih untuk melakukan hal-hal yang kita kuasai (atau hal-hal yang perlu dilakukan), dan melalui proses, dedikasi, serta investasi waktu di dalamnya, rasa passion itu akan tumbuh dan terbentuk.
Kesimpulan
Maudy Ayunda mengajarkan bahwa perjalanan menuju kedewasaan dan kesuksesan bukan tentang menghilangkan insecurity, melainkan tentang mengubah hubungan kita dengannya.
Dengan memegang teguh humility, terus bertanya, dan berkomitmen pada proses jangka panjang, kita dapat mengubah setiap rasa tidak nyaman menjadi kesempatan untuk menjadi versi diri kita yang paling optimal.
Apa pendapat Anda tentang filosofi Maudy Ayunda? Apakah Anda setuju bahwa passion adalah sesuatu yang dibangun, bukan ditemukan?