Terjebak Dalam Zona Nyaman, Kupilih Dia Yang Pasti Atau Kamu Pacar Tak Kunjung Menghalalkan?

Pernikahan yang Dijodohkan
Sumber :
  • freepik

OlretHati ini tak tau kepada siapa untuk aku labuhkan, keadaan bimbang untuk aku curahkan kepada siapa! Untuk kamu atau dia, kamu selalu menemaniku dari keadaan nol sampai sekarang.

Akan tetapi sampai saat ini kamu belum memberikan kepastian. Namun dia yang baru kenal denganku sudah mampu memberikan kepastian untuk menemui kedua orang tua serta ingin meminta izin untuk melanjutkan pernikahan.

Aku disini selalu menunggumu, menunggu itikad baikmu untuk menemui kedua orangtuaku, katamu kamu akan datang selepas lebaran, nyatanya sampai sekarang semua itu cuma janji.

Aku sebenarnya sayang dan cinta kepada dirimu, namun aku sendiri juga bingung jika hubungan ini tanpa kejelasan. Aku juga membutuhkan kepastian agar hubungan ini memiliki tujuan yang jelas tidak main-main semata.

Aku percaya kamu juga sepemikiran denganku. Setiap selesai sembahyang, aku selalu mendoakan untuk hubungan kita dipermudah, diberi kelancaran sampai hari suci nanti.

Antara Bahagia dan Sedih, Dia yang Baru Ku Kenal Ingin Menghalalkanku dan Meminta Restu Orang Tua. Sedangkan Kamu, Pacaran Tujuh Tahunku Tak Kunjung Memberi Kepastian.

“Dik, anak bapak Danu besok mau datang kerumah, tolong kamu dandan yang rapi ya?” kata ibu di balik pintu dapur. Betapa kagetnya diriku, aku menginginkan dirimu yang datang kerumah, tapi ternyata adalah orang lain, orang asing yang belum aku kenal lama.

“Kenapa kamu belum datang juga kerumahku, besok ada orang lain datang untuk menemuiku, apakah kamu gak sayang sama aku? Kamu rela aku nikah sama orang lain ! “ isi pesan singkat yang aku kirimkan kepadamu.

Perasaan kesal, haru, pilu, sampai tak sadar air mata menetes dipipiku. Entah dengan cara apalagi aku harus menguatkan perasaanku yang luka ini. Aku menangis sesenggukan di pojokan kamar, ibuku datang menghampiriku lalu menanyakan kepadaku “Dik, kenapa kamu menangis? Bukankah kamu senang sebentar lagi ada yang mau nikahin kamu ?” bisikan ibuku.

Aku mulai menjawab, “ Bu, sebenarnya aku sayang dan cinta sama temenku sekolah dulu, tapi dia tak juga berkunjung kerumah” sambil ku sandarkan kepalaku di bahu ibu.