Pukulan, Kandang Kambing, dan 'Drama Stroke': Taktik Psikologi Yai Mim di Tengah Konflik
- Youtube
Olret – Perseteruan antar-tetangga antara Romo Mim (Yai Mim) dan Mbak Sahara tak hanya seputar parkir, tapi juga berkembang menjadi insiden kekerasan fisik dan pengakuan mengejutkan tentang "acting drama" yang sengaja dilakukan Romo Mim.
Romo Mim membeberkan bahwa konflik yang bermula pada Agustus itu memanas sebulan kemudian, ditandai oleh rentetan kejadian yang ia sebut sebagai upayanya untuk bertahan.
Insiden Pukulan dan Aksi "Guling-Guling"
Yai Mim & Istri Klarifikasi di Podcast Uya Kuya
- Youtube
Pada 7 September, Romo Mim menceritakan, ia didatangi Pak Yono (pemilik kontrakan Mbak Sahara) dan anaknya, Bagas. Di tengah keributan, Romo Mim mengaku dipukul oleh Bagas hingga terjatuh terguling-guling.
Namun, di momen yang sama, Romo Mim membuat pengakuan yang mengejutkan: ia juga melakukan "acting drama" dan "guling-guling" yang berlebihan.
Tindakan ini, menurut Romo Mim, adalah upaya sadar untuk memecah emosi pihak lawan dan merupakan praktik dari teori psikologi yang ia kuasai. Alih-alih meredam, tindakan ini justru menambah kebingungan dan memicu keributan yang lebih besar.
Provokasi Kandang Kambing
Yai Mim & Istri Klarifikasi di Podcast Uya Kuya
- Youtube
Sehari sebelum insiden pemukulan tersebut, Romo Mim ternyata sempat melakukan tindakan yang memicu amarah pihak tetangga: memasang kandang kambing.
Ironisnya, kandang itu didirikan di atas lahan milik istrinya yang sedianya diuntukkan sebagai akses jalan. Tindakan ini memicu keributan dengan tetangga lain, Pak Ramin, yang Romo Mim tuduh sampai menendangnya. Konflik lahan dan hewan ternak ini jelas menunjukkan upaya eskalasi emosi dari kedua belah pihak.
'Drama Stroke' di Ruang Mediasi
Puncak dari aksi teatrikal Romo Mim terjadi saat mediasi di kantor polisi. Ia mengaku sengaja berakting terkena stroke.
Tujuan 'drama' yang ia lakukan ini bukan tanpa alasan. Romo Mim ingin memberi "pelajaran" kepada Pak Yono, yang ia tuduh telah mempraktikkan santet (dengan air yang dicampur kotoran manusia) yang ditujukan kepadanya.
Romo Mim ingin menunjukkan bahwa praktik supranatural tersebut tidak mempan terhadapnya, sekaligus mencederai proses mediasi yang seharusnya berjalan damai.
Pengakuan Romo Mim tentang penggunaan "drama" dan "teori psikologi" dalam menghadapi konflik ini memberikan perspektif unik tentang bagaimana perseteruan tetangga viral ini dimainkan, bahkan dengan sentuhan yang lebih dari sekadar emosi.