Ketika Soimah "Blunder": Mengapa Pengakuannya Bisa Dianggap Melanggengkan Patriarki
- x.com
Olret – Soimah dikenal sebagai salah satu figur publik yang paling autentik dan apa adanya di Indonesia. Dikenal dengan celetukan blak-blakan, tawa lepas, dan sikap yang jujur, ia telah membangun citra sebagai seniman yang dihormati dan tidak pernah "aneh-aneh."
Namun, sebuah pengakuan dalam sebuah podcast baru-baru ini membuat reputasinya sedikit goyah, bahkan membuat sebagian penggemar merasa kecewa.
Cerita tentang caranya "mengospek" calon menantu, yang ia anggap sebagai candaan, justru dianggap sebagai blunder dan dianggap sebagai cerminan dari pola pikir yang bermasalah.
Di Balik Pengakuan yang Disayangkan
Bagi banyak penggemar, cerita itu sangat disayangkan karena datang dari sosok yang mereka kagumi.
Cerita Soimah tentang menguji mental pacar anaknya dinilai bukan sebagai "candaan" atau "tes," melainkan bentuk intimidasi verbal yang tidak pantas, apalagi dilakukan oleh seorang ibu kepada anak orang lain yang baru ia kenal.
Kritikan yang muncul di media sosial tidak hanya fokus pada tindakan Soimah, tetapi juga pada akar permasalahannya, yaitu dugaan bahwa ia secara tidak sadar melanggengkan patriarki.
"Emak" yang Melanggengkan Patriarki: Mitos atau Fakta?
Komentar warganet yang menyebut Soimah sebagai "tipe-tipe emak Jawa yang melanggengkan patriarki" mungkin terdengar ekstrem, tetapi punya dasar argumen yang kuat. Pola pikir ini mengacu pada tradisi di mana seorang perempuan harus diuji ketangguhannya oleh calon keluarga baru.
Standar Ganda
"Ospek" ini hampir selalu ditujukan kepada calon menantu perempuan, bukan calon menantu laki-laki.
Hal ini mencerminkan pandangan bahwa perempuan harus mampu menghadapi segala tekanan dan tantangan dalam keluarga baru, sementara pihak laki-laki (anak Soimah) tidak memiliki tanggung jawab yang sama.
Wewenang Ibu
Dalam sistem patriarki, ibu-ibu sering kali menjadi pihak yang paling berkuasa dalam rumah tangga, dan mereka menggunakan wewenang tersebut untuk mengontrol para perempuan yang akan masuk ke dalam keluarga mereka.
Ini bukan karena mereka jahat, melainkan karena mereka sendiri dididik dalam sistem yang sama.
Tradisi yang Merusak
Tindakan ini dianggap sebagai tradisi yang merusak karena alih-alih membangun hubungan, ia menciptakan rasa takut dan keraguan sejak awal.
Peristiwa ini menjadi pengingat pahit bagi penggemar Soimah bahwa bahkan sosok yang paling dihormati pun bisa saja tanpa sadar mengadopsi dan melanjutkan tradisi atau pola pikir yang berbenturan dengan nilai-nilai modern seperti kesetaraan dan kesehatan mental.
Bagi mereka, ini bukan hanya sekadar "blunder," melainkan momen di mana idola mereka menunjukkan sisi yang sangat berbeda dari apa yang selama ini mereka kagumi.
Bagaimana menurut kamu?