Sosok Qorry Oktaviani, Wanita Inspiratif dari Jambi yang Lestarikan Batik
Olret VIVA – Sayangnya, banyak anak muda Indonesia yang memiliki segudang prestasi dan bermanfaat dalam berbagai hal kurang disorot. Berbeda dengan anak di media sosial yang hanya dengan goyang dengan lekukan tubuh atau memamerkan tubuh sudah sangat populer.
Jika kamu ditanya tentang influancer di berbagai media sosial, pasti kamu sudah tak asing bukan? Lantas bagaimana dengan sosok yang menginspirasi di Indonesia dari berbagai daerah?
Pasti banyak dari kita yang tidak mengetahuinya karena mereka memang melakukan itu penuh dengan niat tulus tanpa perlu pamer. Beruntungnya, sosok Inspiratif dari berbagai daerah menjadi orang yang diperhatikan oleh Astra lewat SATU INDONESIA AWARDS.
Salah satu wanita yang menginspirasi lewat kisahnya adalah Qorry Oktaviani.
Siapa Qorry Oktaviani?
Qorry Oktaviani
Qorry oktaviani adalah lulusan Biologi Universitas Andalas yang mampu beradaptasi di lingkungan baru dan mendorong pemerintah desa dalam membuat sebuah kebijakan tentang pembuatan aturan desa terkait pengelolaan dan perlindungan kawasan mangrove yang ada di desa tungkal 1.
Dia juga mengembangkan sebuah produk unggulan desa yaitu kerupuk udang, yang mana produk ini telah sampai kepada tahap pemasaran.
Qorry oktaviani pernah menekuni berbagai bidang dan salah satunya yang membuat namanya melambung adalah menjadi asilitator komunitas di salah satu desa yang berdekatan di kawasan mangrove kab. Tanjung jabung barat.
Dia mendampingi kelompok tani hutan dalam pengelolaan kawasan perlindungan dan pemanfaatannya. Dia juga mendorong pemerintah desanya untuk membuat sebuah peraturan desa untuk penjagaan kawasan hutan.
Bukan hanya itu, dengan niat dan tekat, Qory juga memfasilitasi pengembangan produk-produk unggulan desa, salah satunya pengembangan kerupuk udang yang telah sampai ke tahap pemasaran.
Gerakan Qorry Oktaviani : Konservasi Mangrove dalam Selembar Batik
Sebagai mahasiswi yang pernah mendalami pendidikan Biologi dari Universitas Andalas (Unand), Qorry tertarik dengan aktivis liungkungan barawal dari saat melakukan kuliah lapangan atau yang lebih terkenal dengan istilah Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia pun bekerja sebagai fasilitator di NGO WARSI, yang menempatkannya di daerah yang kaya akan mangrove. Hal ini pun semakin membulatkan tekatnya untuk menjaga lingkungan lewat aktivitasnya sebagai aktivis lingkungan di Jambi, khususnya di kawasan mangrove di Pangkal Babu, Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.