Seperti Senja, Datang Memberi Ketenangan Pergi Meninggalkan Kesepian

luka darimu tak berdarah
Sumber :
  • instagram

Olret – Tak terasa, hujan turun seperti biasanya, dengan serangkaian kemenangan. Begitu lebat, hingga angin pun tak sudi untuk lewat. Dan samar-samar, kulihat engkau termenung di tempat yang sama seperti kemaren. Setiap sore, kamu menunggu petang seakan ingin mengantarkan sang mentari ke peraduannya.

Dendam, Air Mata, dan Pesugihan: Perjalanan Gelap Bu Sekar Menjemput Maut
Kisah Nyata di Balik Pabrik Jamu: Pesugihan Buto Ijo, Tumbal Nyawa, dan Azab yang Mengerikan

Selalu sama, kamu dengan secangkir kopi yang mulai mendingin. Sedingin tatapanmu pada gradasi senja yang perlahan menjadi kelam. Mungkin, ada hal lain yang belum terealisasi atau mungkin juga tak selesai.

Misteri Tergelap Kedai Kopi Cirebon: Antara Kopi, Pesugihan, dan Tumbal Nyawa

Apakah kamu tahu? Aku tetap setia dan masih mengamatimu dari radius sekian meter, di tempat yang sama dan pada waktu yang sama juga. Dan setelah sekian lama, aku masih enggan untuk menyapamu untuk sekedar bertanya.

Bersama dengan terang warna senja yang menjadi gelap, hujan tak kunjung berhenti. Aku terdiam mendengar rintik hujan di malam hari. Seperti melodi yang melantunkan sepi. Mengapa memejamkan mata justru semakin membuat aku terbelalak.

Bahkan aku tersesat dalam kabut tak dapat menemukan dirinya yang entah siapa. Dan kau tahu, rindu memang menguasai apa pun. Aku merindu purnama dalam gelap, mimpi di saat terjaga dan senyap dalam lelap. Rindu. Ya, aku rindu. Sedang merindu. Karena kau seperti senja, datang hanya untuk pergi. Dan di sini aku tertinggal bersama rindu.

Aku Juga Pernah Menantimu, Sama Seperti Senja yang Ku Nanti di Setiap Petang. Namun Nyatanya Kamu Tak Pernah Kembali.

Entah kesekian kalinya, aku masih disini berdiri dan menanti. Dengan sedikit asa aku masih berharap, kita bisa seperti dulu lagi. Dimana ada kamu yang selalu bahagia menyambut senja, melangkahkan kaki di hamparan pasir yang lembut serta menikmati deburan ombak yang syahdu.

Cintaku padamu tak pernah bisa sirna, meski aku tahu aku terluka. Tapi tetap saja, hati ini belum bisa melupakan semua kenangan indah bersamamu. Khususnya kenangan tentang senja, tentang berapa ribu senja yang kita lalui bersama.

Aku mencintaimu seperti senja yang mengatup jingga pada pelupuk mata, menjemput malam pada kedamaian. Dan aku menyayangimu seperti candu kopi yang kuteguk disetiap kafe dari cangkir dan rasa yang sama. Aku merindukanmu seperti gerimis ritmis yang mengungkapkan aroma tanah basa menyegarkan.

Halaman Selanjutnya
img_title