Ada Saat Kita Saling Marah Satu Sama Lain, Aku Marah Karena Keegoisanmu

Layaknya masih pacaran
Sumber :
  • https://www.freepik.com/

Jakarta, Olret – Selalu menyenangkan berdiskusi dengan kamu. Eh, ralat lebih banyak menyenangkannya. Tidak selalu. Ada saat-saat kamu juga menyebalkan. Ada saat dimana aku benci menghadapi egonya kamu yang nggak mau kalah. Ada saat kita tak menemukan jalan tengah dan tetap berpegang pada prinsip masing-masing.

Menikah Dulu atau Bantu Orang Tua? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat

Ada saat kita saling marah antara satu dan yang lainnya. Aku marah karena keegoisan kamu. Kamu marah karena kekanakanku. Tapi memang begitulah hidup berumah tangga. Ada dua hati dan dua kepala dengan isi berbeda yang harus dipertemukan. [Kutipan Buku Genap2]

Bukan Bersama Siapa Kita Akan Bahagia Tapi Bagaimana Kita Bisa Bahagia Bersama Siapa pun yang Nantinya Menjadi Pendamping Hidup.

Harapan Acha Septriasa Kelak : Aku Pengin Gandeng Terus Suamiku . .

Lagi pula, siapa pun kamu nantinya, seperti apa pun sosok kamu yang dikirim Tuhan untuk menggenapiku, sekarang aku tak lagi merasa sedang menunggumu, sejak aku mengerti bahwa menunggu adalah bagian dari pertemuan itu sendiri.

Jadi seumpama Tuhan baru mempertemukan kita setahun kemudian misalkan, maka sebenarnya pertemuan itu sudah dimulai sejak aku sadar dan mempersiapkan diri selayak mungkin untuk menyambut kamu, siapapun kamu yang akan datang itu. Siapa pun kamu yang sudah Dia siapkan untukku. [Kutipan Buku Genap1]

7 Buah yang Memelihara Hati, Hati Pun Sehat dan Kuat

Kita Hanya Bisa Mengendalikan Hati Kita Sendiri, Tidak Dengan Hati Orang Lain.

Sesulit apapun itu, menyembuhkan luka di hati sendiri, jauh lebih mudah daripada menyembuhkan luka di hati orang lain. Apalagi, jika kitalah yang menyebabkan luka itu. Jadi daripada mereka yang tersakiti karena perlakuan kita, biarlah kita yang mengalah untuk mencoba memahami mereka, walaupun mungkin itu akan sedikit menyakiti kita.

Tapi setidaknya, kita punya kuasa atas hati kita sendiri. Kita bisa menata hati kita, menyembuhkannya perlahan-lahan, sampai di titik tertentu, hati kita tidak sakit lagi oleh luka yang sama. Sampai hati kita lebih kuat dan lebih tulus lagi dalam menyikapi hidup. Dan semua itu tak bisa kita lakukan pada hatinya orang lain. [Kutipan Buku Menata Hati]

Sebaik-Baiknya Perhiasan Ialah Wanita yang Shalehah, Istri yang Shalehah dan Ibu yang Shalehah.

Halaman Selanjutnya
img_title