Mengapa Gaji Naik Tapi Selalu Minus di Akhir Bulan?
- Pexels/Yan Krukau
Olret – Banyak dari kita pasti pernah merasakan: gaji naik, tapi uang selalu habis sebelum gajian berikutnya. Rasanya seperti terjebak di tempat yang sama, meskipun penghasilan terus bertambah.
Fenomena ini, menurut kanal Ternak Uang, disebabkan oleh dua hal utama yang saling terkait.
Dua Biang Kerok di Balik Gaji Boncos
1. Inflasi Gaya Hidup (Lifestyle Inflation)
ilustrasi belanja online
Ketika gaji Anda bertambah, godaan untuk meningkatkan gaya hidup juga semakin besar. Dulu mungkin puas dengan kopi sachet, sekarang harus kopi dari kafe mahal. Dulu naik motor, sekarang tergiur cicilan mobil baru. Peningkatan pengeluaran ini sering kali tidak disadari.
Model pengeluaran populer 50-30-20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan) mungkin ideal untuk gaji UMR, tapi tidak lagi relevan saat penghasilan sudah sangat tinggi.
Jika gaji Anda Rp50 juta, apakah masuk akal membelanjakan Rp15 juta hanya untuk keinginan? Inilah yang disebut inflasi gaya hidup.
2. Inflasi Ekonomi (Economic Inflation)
Ilustrasi kesulitan ekonomi
- https://www.pexels.com/@karolina-grabowska
Mungkin Anda sudah sangat hemat dan tidak meningkatkan gaya hidup. Tapi mengapa uang tetap terasa kurang? Jawabannya adalah inflasi ekonomi.
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Jika gaji Anda naik 3% tapi inflasi mencapai 5%, daya beli Anda sebenarnya menurun 2%.
Uang yang Anda simpan di rekening tabungan biasa akan terus tergerus nilainya. Menabung saja tidak cukup jika tidak bisa mengalahkan laju inflasi.
Solusi Jitu untuk Keluar dari Jebakan Ini
Video dari Ternak Uang memberikan beberapa langkah praktis agar gaji Anda tidak lagi boncos:
1. Prioritaskan Investasi, Bukan Keinginan.
Terapkan prinsip "pay yourself first". Begitu gajian, sisihkan porsi untuk tabungan dan investasi sebelum Anda menggunakan uang untuk kebutuhan lain. Hindari jebakan model 50-30-20, terutama jika gaji Anda sudah besar.
2. Miliki Dana Darurat yang Cerdas.
Dana darurat minimal Rp10 juta adalah hal wajib. Simpan dana ini di instrumen yang relatif aman dan likuid, seperti reksa dana pasar uang atau obligasi, agar nilainya tidak tergerus inflasi.
3. Hati-Hati dengan Utang Konsumtif.
Utang untuk membeli barang yang nilainya terus menurun, seperti gadget baru atau kendaraan, adalah hal yang perlu dihindari. Utang produktif (untuk bisnis) pun memiliki risiko.
4. Investasi untuk Melindungi Kekayaan Anda.
Investasi tidak hanya untuk menjadi kaya, tetapi juga untuk melindungi daya beli Anda dari inflasi. Kenali profil risiko Anda—apakah Anda seorang risk-averse (penghindar risiko) atau risk-taker (pengambil risiko)?
Risk-Averse: Cocok dengan instrumen stabil seperti reksa dana pasar uang, obligasi, atau emas. Target Anda adalah mengalahkan inflasi, bukan mengejar keuntungan besar.
Risk-Taker: Lebih berani dengan instrumen berisiko seperti saham, kripto, atau properti.
5. Perbesar Pemasukan.
Jika biaya hidup Anda besar, cara terbaik adalah memperbesar pendapatan. Jangan hanya bergantung pada gaji (main income). Bangun juga passive income (dari bisnis autopilot) dan portfolio income (dari investasi) untuk mencapai kebebasan finansial yang lebih cepat.
Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah ini, Anda bisa mengendalikan keuangan dan memastikan kenaikan gaji benar-benar membawa Anda menuju kehidupan finansial yang lebih baik, bukan sebaliknya.