Mengapa Keputusan Hidupmu Bisa Memicu Reaksi Negatif dari Orang Lain? Begini Penjelasannya
- Pexels/fauxels
Olret – Beberapa pilihan hidup seringkali disalahpahami oleh orang lain karena dianggap aneh, terlalu bebas dan mengejutkan.
Salah satu pilihan hidup yang dianggap ekstrem adalah menjadi vegan, di mana mereka memilih untuk menghindari semua produk hewani. Contoh publik figur yang memilih menjadi vegan adalah Miley Cirus, namun kini ia tak lagi menjadi vegan karena mengaku masih membutuhkan asupan gizi dari ikan.
Mengapa Pilihan Hidup Seperti Ini Bisa Membuat Orang Lain Berpikir Negatif
Pilihan seperti menjadi vegan, tidak minum alkohol, hidup minimalis, tidak ingin punya anak, atau tidak memiliki ponsel pintar, bukan karena dianggap ekstrem. Melainkan karena mereka mendobrak ‘kebiasaan sosial’ yang biasanya tidak tertulis.
Sepertinya, kita hidup berdasarkan kesepakatan yang disepakati banyak orang secara diam-diam. Kemudian ketika ada yang memilih jalan berbeda, rasanya seperti pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut.
Keputusan diam-diam itu sudah cukup mengganggu. Orang lain mulai membela pilihan sendiri dan memberi alasan tanpa diminta. Orang yang tidak minum juga tak menghakimi, tapi pilihan mereka bisa merobohkan sebuah kesepakatan “ini normal” atau “ini yang biasa kita lakukan”.
Menghadirkan Bayangan Ketakutan dalam Kesadaran Kolektif
Pilihan-pilihan yang dianggap ‘melenceng’ jauh dari kebiasaan tak lagi dianggap sebagai keputusan pribadi. Mereka dianggap sebagai penolakan atau 'pemberontakan' terhadap apa yang dianggap sebagai 'kehidupan ideal' atau 'kehidupan terbaik'. Dan hal itu terasa mengancam bagi banyak orang yang setuju terhadap ‘norma sosial’ tidak tertulis yang telah terbentuk sebelumnya.
Jika seseorang merasa bahagia dan tenteram atas keputusan pribadi yang tidak mengikuti 'norma sosial tak tertulis', pertanyaan tak sadar ini muncul dalam diri banyak orang: “Bagaimana kalau hidup yang telah kujalani selama ini bukan karena kebebasan, tapi hanya karena mengikuti arus?”
Kita adalah makhluk sosial. Identitas kita dibentuk lewat cerita-cerita yang kita dengar dari lingkungan sekitar. Ketika seseorang berhenti ikut dalam cerita itu, kita tidak hanya melihat mereka sebagai seseorang yang ‘berbeda’. Kita jadi merasa kita berhak ‘menghakimi’ mereka, padahal seharusnya tidak demikian. Kita harus tetap menghargai keputusan yang diambil oleh setiap individu.
Reaksi yang Terselubung
Banyak orang cenderung berpikir bahwa perbedaan itu salah. Dan hal itu memicu rasa takut bahwa pilihan kita selama ini ternyata tidak sepenuhnya bebas. Terkadang, ketidaknyamanan itu menjelma menjadi cemoohan, rasa tidak percaya, agresi pasif atau lelucon yang terlontar pada orang yang memiliki pilihan ‘berbeda’ tersebut.
Seperti pepatah yang mengatkan bahwa pikiran kita tidak suka dialektika. Ketika ada seseorang menjalani hidup yang tak sesuai dengan versi kita tentang dunia, kita akan berusaha menyelesaikannya. Biasanya dengan mendiskreditkan orang yang berbeda tersebut. Dan hal ini lebih mudah dilakukan daripada melakukan perubahan dalam diri.