Kenapa Anak Suka Tantrum di Tempat Umum? Ini Penyebabnya!
- https://www.pexels.com/@Trần-Long-3093985
Olret – Pernah nggak sih lagi asyik jalan-jalan di mall atau nongkrong di kafe, tiba-tiba ada anak kecil yang nangis kejer, teriak-teriak, bahkan sampai guling-guling di lantai? Yup, itu yang namanya tantrum!
Buat yang belum pernah mengalami langsung, mungkin bakal mikir, "Duh, kenapa sih anak ini ribet banget?" atau malah merasa kasihan sama orang tuanya yang kelihatan panik.
Tapi, sebenarnya kenapa sih anak bisa tantrum di tempat umum? Yuk, kita bahas bareng-bareng!
1. Overstimulasi alias Kebanyakan Rangsangan
Tempat umum kayak mall, taman hiburan, atau supermarket itu penuh dengan suara, cahaya terang, banyak orang, dan berbagai aroma yang bisa bikin anak overwhelmed.
Sistem saraf mereka belum sekokoh orang dewasa, jadi kalau terlalu banyak stimulasi, otaknya bisa "nge-hang" dan akhirnya meledak jadi tantrum.
2. Lapar dan Lelah = Kombinasi Maut
Kita aja kalau lapar dan ngantuk bisa cranky, apalagi anak kecil! Mereka belum bisa sepenuhnya mengatur emosinya, jadi kalau udah capek dan perut kosong, ya reaksinya bisa jadi nangis heboh.
Makanya, sebelum pergi ke tempat umum, pastikan mereka cukup istirahat dan perutnya terisi dengan baik.
3. Butuh Perhatian atau Merasa Diabaikan
Kadang anak tantrum bukan karena mereka sengaja mau bikin heboh, tapi karena mereka butuh perhatian.
Misalnya, kalau orang tua lagi sibuk ngobrol atau belanja, anak bisa merasa "sendirian" dan mencari cara supaya diperhatikan. Salah satu cara yang paling cepat dapat reaksi? Ya, nangis dan teriak!
4. Sulit Mengungkapkan Keinginan
Bayangkan kalau kamu pengen sesuatu tapi nggak bisa bilang dengan jelas, pasti frustasi kan? Nah, anak-anak yang belum bisa berbicara lancar sering mengalami hal ini. Mereka mau sesuatu, tapi orang tua nggak langsung ngerti, akhirnya meledak jadi tantrum.
5. Meniru dan Mencoba Batasan
Anak kecil tuh kayak spons, mereka menyerap apa yang mereka lihat dan dengar. Kalau mereka pernah melihat tantrum bisa "berhasil" dalam mendapatkan sesuatu, kemungkinan besar mereka akan mengulanginya.
Ini juga cara mereka untuk menguji batas—"Kalau aku nangis, kira-kira Mama/Papa bakal kasih nggak, ya?"