Untukmu Yang Datang Karena Penasaran, Lalu Pergi Tanpa Alasan

Dilarang Dilakukan Setelah Putus
Sumber :
  • https://unsplash.com/@heftiba

Juga benar, kamu juga hadir untuk memberikan pelajaran. Pelajaran bahwa aku sedang begitu percaya diri pada takdir dan diriku sendiri. Pelajaran soal luka dikhianati, karena terlalu mempercayai. Pelajaran, bahwa cinta itu hanya kamuflase dari rasa ketertarikan sementara, sebab kamu tak bisa menerima diriku, termasuk semua sisi dalam hidupku sepenuhnya.

Hadapi Musibah Tanpa Panik: Empat Langkah Menenangkan Hati Ustadz Rifky Ja’far Thalib

Tapi Layaknya Mentari Pula, Akan Selalu Hadir Seseorang Yang Baru. Mereka Berbagai Rupa, Hingga Di Waktu Yang Tepat, Seseorang Yang Tepat Akan Benar-Benar Di Sisiku.

Kamu bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir. Aku sudah pernah terluka dan terkhianati sebelumnya. Dan mungkin akan selalu seperti itu, sampai seseorang yang tepat hadir. Tapi, entah kenapa, kamu yang paling menyakitkan selama kisah itu terjalin. Mungkin, karena harapan itu paling dalam ada padamu, sehingga kekecewaannya pun terasa sangat besar.

Mengapa Harapan dan Rasa Takut Adalah Dua Sayap Iman? Begini Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah

Meski, kuakui ada sisi dalam hati, dimana aku sedikit merasa bersyukur. Bersyukur karena bukan kamu yang jadi akhirnya. Bersyukur, jika sampai aku tetap bersamamu saat itu, betapa banyak luka dan penghinaan lebih parah yang akan aku rasakan. Bersyukur, sebab Tuhan benar-benar menjauhkanmu, saat aku terus berusaha untuk mendekat.

Hingga nantinya, seseorang yang tepat itu pasti hadir. Dia akan memberikan banyak cinta dan harapan lagi. Tapi, saat itu dia tidak akan meninggalkanku dan benar benar menjadi akhir dari pencarianku. Aku percaya itu, sebagaimana aku percaya pada Tuhanku, juga akhir kisah milikku yang akan baik-baik saja.

Mengapa Bersyukur Setiap Hari? Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar

Jadi, Untukmu Yang Datang Karena Penasaran Dan Pergi Tanpa Alasan. Lihatlah! Aku Tetap Menapaki Bumi Ini Dengan Bahagia. Menggapai Ambisi Dan Cita-Cita. Aku Percaya, Aku Akan Berakhir Baik Baik Saja

Meski dulu, aku sempat begitu terpuruk dan putus asa. Hingga, sudah tak peduli lagi pada apa pun, termasuk cita-cita, ambisi dan harapan. Namun, kini aku telah lebih baik. Aku juga bersyukur, karena memiliki banyak hal untuk membuatku bisa kembali berdiri, dan tetap berani menantang mentari.

Luka itu kadang memang masih ada, tapi aku berhasil menekannya dengan berbagai kesibukan dan kebahagiaan. Dulu, aku yang selalu berpikir egois dan tak mau memaafkanmu.

Halaman Selanjutnya
img_title