Untukmu Yang Datang Karena Penasaran, Lalu Pergi Tanpa Alasan
- https://unsplash.com/@heftiba
Olret – “Datangmu seperti terbitnya mentari di pagi hari, lalu ikut tenggelam di waktu senja.”
Mungkin, kamu hanya sedang penasaran ketika kamu memasuki kehidupanku. Lalu, setelah memberikan banyak harapan, kamu melangkah pergi tanpa alasan. Seperti senja, yang harus hadir, sama seperti kamu yang harus pergi sebagaimana takdir yang meminta.
Meninggalkanku, persis, saat aku tak tahu kapan hadirmu, begitupun juga saat kepergianmu. Aku tak pernah tahu alasannya, juga tak akan pernah bisa mengerti kenapa.
Itu bukan salahmu, percayalah! Meski aku terus mengulang-ulang kata bahwa kamulah yang keterlaluan dan tega di sini. Sebab, aku tak mungkin mengatakan aku yang salah, padahal aku yang menangis dan terluka sendirian. Aku yang akhirnya harus kecewa, meski mungkin di hati kecilmu juga merasakan yang sama. Tapi, tetap saja, bagiku tak ada bedanya.
Kamu tetap yang salah, karena kamu yang hadir seperti mentari itu, memberikan banyak cinta dan harapan untuk mengisi waktu kesendirianku. Lalu, saat senja hadir, kamu pergi. Begitu saja. Hilang.
Dan saat aku masih menanti di esok harinya, ternyata mentari itu bukan lagi kamu. Ternyata semua janji dan harapan itu palsu, lalu aku sendirian dan terluka, juga begitu putus asa.
Meski orang bilang hadirmu sebagai pelajaran, tapi bagiku kamu hanyalah seseorang yang sedang penasaran …
Orang selalu saja mudah penasaran pada hal-hal yang baru. Mudah tertarik, apalagi saat sesuatu yang baru itu terlihat istimewa atau punya sesuatu yang tidak kamu punya. Ketertarikan dan rasa penasaran dalam kisah kita itu, lalu berkamuflase lewat sebutan cinta.
Kamu penasaran, lalu memberikan perhatian. Bertindak, seperti kamu takut untuk kehilangan, memastikan bahwa seorang yang berada di sampingmu akan terbumbung tinggi dalam harapan.
Dan yah, itu berhasil. Aku masuk dalam jebakan. Aku selalu berpikir naif bahwa aku adalah seseorang yang istimewa di hatimu, juga bodohnya berpikir tak akan pernah tergantikan, meski ada dia dan dia di sekelilingmu.
Aku terlalu yakin, dan sombong atas keyakinan itu. Hingga aku lupa memintamu pada Tuhanku, lupa bahwa hati manusia itu bisa berubah dari waktu ke waktu.