Ubah Hobi Jadi Ladang Penghasilan, Intip Pahit Manisnya Bisnis Jastip

Gila belanja
Sumber :
  • https://www.freepik.com/

OlretBisnis jastip alias jasa titip belakangan ini memang sedang digandrungi oleh anak muda. Usaha ini terbilang kreatif karena mampu mengubah belanja yang identik dengan kegiatan konsumtif menjadi sesuatu yang produktif.

Alasan Gugatan Cerai Sabrina : Bukan Karena Marah, Tapi Karena Cinta, Kejujuran Dan Kedamaian

Jastip populer sejak tiga tahun lalu, berawal dari pelancong tanah air yang kerap berlibur di luar negeri menawarkan barang-barang dari negara yang dikunjungi kepada pengikutnya di Instagram.

Barang yang ditawarkan antara lain jersey klub sepak bola, cokelat, dan suvenir khas negara tersebut. Sebagai imbalan, mereka mengambil upah dengan nominal yang disepakati dengan pengguna jasa.

Duel Safe Haven di Tengah Badai Inflasi: Emas vs Bitcoin, Mana yang Paling Cuan di Akhir 2025?

Usaha jastip pun semakin berkembang. Tak hanya mereka yang sedang melancong ke luar negeri saja yang menawarkan, melainkan juga mereka yang gemar berburu barang-barang eksklusif dan murah di berbagai kota. Selain pakaian, pelaku usaha jastip juga berburu barang murah seperti di bazar buku Big Bad Wolf yang digelar setiap tahun.

Blak-blakan Bongkar Bisnis Jastip

Vino G. Bastian Membongkar Tiga Pilihan Hidup Usia 20-an yang Akan Menyelamatkan Anda di Usia 40-an

Pebisnis jastip biasa menggunakan media sosial untuk memasarkan jasanya. Lewat Tempo.co (9/3/2020), Shinta Aprilia, seorang pelaku jastip membeberkan usaha yang digelutinya lewat Instagram. Ia mengaku menjalankan bisnis itu bersama teman-temannya.

Cara kerjanya pun cukup rapi, di mana ia bertugas mengurus pembeli, sementara teman-temannya mengambil barang yang diminta dan mengirimkan kepada mereka.

Barang yang dijual berupa aneka busana dari berbagai merek. Menurutnya, meski akun Instagram usaha yang digeluti sejak awal 2019 itu memiliki pengikut kurang dari seribu, hasilnya cukup menguntungkan karena ia memiliki ratusan pembeli yang loyal.

Shinta mengkhususkan penjualan produk eksklusif dari desainer lokal yang diproduksi terbatas seperti Nadjani, Wearing Klamby, dan Ema Daily. Sasaran pembeli yaitu perempuan berusia antara 20 hingga 40 tahun. Menurutnya, merek tersebut selalu mengeluarkan produk dengan desain yang berbeda sehingga selalu menjadi rebutan pelanggan.

Bagi konsumen yang tidak memiliki waktu berbelanja baju ke butik, toko, atau bazar, usaha jastip sangat membantu. Demi memenuhi pesanan pelanggan, tak jarang Shinta dan kawan-kawan harus berebut dengan pembeli lain karena produknya benar-benar terbatas.

Halaman Selanjutnya
img_title