8 Shaming yang Harus Kamu Hentikan, Dari Body Shaming - Mom-Shaming

Shaming yang Harus Kamu Hentikan
Sumber :
  • Freepik.com

Olret – Shaming atau bullyan, tanpa sadar sering kita lontarkan pada orang lain. Padahal, jika kita sendiri yang mendapatkan bullyan atau perlakuan tidak menyenangkan tersebut. Tentulah hati akan tersakiti dan tersinggung.

Aaliyah Massaid Melahirkan Anak Pertama, Thariq Halilintar Ungkap Rasa Haru Sambut Kelahiran Putra Mereka

Oleh karena itu, saat kamu ingin jadi lebih baik dan menjadikan hidupmu lebih bermanfaat. Berhentilah mengolok atau mempermalukan orang lain, termasuk menjadi pendengarnya sekalipun (suka join bergosip). 

Nah, supaya kamu bisa merubah dan intropeksi diri. Lebih baik, kenali 8 jenis shaming yang umumnya terjadi di masayarakat. Dan hindarilah sebaik mungkin. 

1. Body Shaming 

Inara Rusli Ungkap Kisah Haru Kurban 2025: “Senyum Mereka Gak Bisa Dibayar Pakai Apapun”

Body Shaming

Photo :
  • -

Pasti pernah mendengar ‘kan, istilah body shaming? Body shaming adalah salah satu shaming yang sangat umum terjadi di masyarakat baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pelakunya mempermalukan, menghina atau mengolok korbannya secara fisik.

RM BTS "Tidak Ingat" Bagaimana Ia Membangun Kehidupan K-Pop Selama 12 tahun

Misal, kulit yang lebih gelap, struktur wajah yang tidak cantik/tampan, bau badan, berat tubuh atau bentuk tubuh yang menurut mereka tidak ideal. 

Sebisa mungkin, kamu jangan pernah menghina penampilan fisik orang lain. Ingatlah bagaimanapun penampilan dan bentuk tubuh dirinya. Dia tetap salah satu ciptaan terbaik Tuhan. Lagipula, setiap orang mempunyai standart cantik atau tampannya sendiri. Jadi, tidak perlu ikutan berpikiran cantik atau tampan itu yang harus seperti ini dan itu. 

2. Religion-Shaming 

Padahal iman dan keyakinan itu adalah hal sangat pribadi bagi tiap orang. Setiap orang berhak dan bebas menentukan keyakinan dan agama yang dianut. Bahkan menjadi atheis pun juga bukan masalah, selama dia sadar pada pilihannya sendiri. 

Jadi, sangat tidak etis, kamu menghina keyakinan orang lain hanya karena tidak sepaham atau seagama dengan dirimu. Justru, menjadi terlalu fanatic adalah hal yang kurang baik, apalagi sampai mengkafirkan atau ikut campur soal keyakinan seseorang terlalu dalam.

Bisa saja, kamu memberikan ceramah atau nasehat, namun dengan cara yang netral tanpa ada unsur menghakimi atau menjudge pilihan agama seseorang. 

3. Single-Shaming 

Selain agama status seseorang di masyarakat juga sering menjadi bahan bullyan atau hinaan. Apalagi, jika sudah memasuki usia tertentu, namun belum mempunyai pasangan atau gandengan. Padahal, jodoh itu hanya Tuhan yang tahu kapan datangnya. Sama seperti rezeki, hidup dan mati, tidak ada yang tahu pasti. 

Karena itu berhentilah mempermasalahkan status seseorang. jika memang kamu ingin yang terbaik, cukup doakan yang baik-baik saja. Mungkin saja, dia memang masih nyaman sendiri dan belum menginginkan mendapatkan jodoh di waktu yang dekat. 

4. Mom-Shaming 

Mom Shaming

Photo :
  • -

Selanjutnya, bullyan juga kerap terjadi pada seseorang yang sudah berstatus seorang ibu. Cara mereka membesarkan anak, sampai berat badan anak pun kadang dipermasalahkan. Padahal, setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.  Fenomana Mom Shaming juga tak baik loh.

Sehingga, berhentilah merasa paling benar atau baik sendiri saat menjadi seorang ibu. Jadi tidak akan sampai meremehkan ibu-ibu lainnya. Lagipula, justru bullyan itulah yang seringkali menjadi penyulut adanya baby blues dan berpengaruh pada kesehatan mental. 

5. Career/Job-Shaming 

Job-Shaming

Photo :
  • Freepik.com

Pekerjaan atau penghasilan seseorang juga menjadi hal yang sering mendapatkan hinaan di masyarakat. Misal, status PNS sekarang ini masih paling diagungkan. Bahkan, beberapa orang tua, tidak mau menerima lamaran selain dari orang yang mempunyai pekerjaan atau status PNS. 

Sedang pekerjaan lainnya, seperti petani, pedagang kecil-kecilan atau peternak skala kecil, sering mendapatkan pandangan sebelah mata di masyarakat. Seolah, orang yang mapan pasti bahagia, sedang yang hidup sederhana dianggap melarat dan menderita.

Oleh sebab itu, ubahlah pemikiran itu mulai dari sekarang. Apapun pekerjaan yang dimiliki seseorang dan berapapun pendapatan mereka tidak menjamin ada atau tidaknya kebahagiaan. Setiap orang bermanfaat dengan segala bidang pekerjaanya.

6. Gender-Shaming 

Meski jaman berubah dan semakin maju, dimana wanita sudah bisa mendapatkan kesempatan yang sama bahkan lebih baik dari lelaki. Nyatanya, beberapa orang masih meremehkan status wanita dan mengagungkan pria. Bahkan beberapa orang tua, masih membedakan perlakuan anak perempuan dan anak lelakinya. 

Wanita dianggap tidak akan menghasilkan apa pun, selain menjadi ibu rumah tangga dan mengurus dapur. Sedang, lelaki selalu dianggap lebih berhak dan lebih baik untuk menjadi pemimpin.

Padahal, di zaman sekarang, sudah banyak rumah tangga yang membuktikan, lelaki yang abai dengan tanggung jawabnya dan perempuan-perempuan yang harus bekerja (sampai keluar negeri) untuk meningkatkan finansial keluarga. Untuk rumah tangga seperti ini, pantaskah lelaki menyebut dirinya pemimpin atau kepala keluarga? 

7. Selera/Trend-Shaming 

Terakhir, adalah trend-shaming. Seseorang yang selalu bisa update trend dianggap keren, sedangkan mereka yang punya selera berbeda akan dipandang sebelah mata.

Contohnya saja, saat trendnya orang-orang harus mempunya handphone minimal smartphone. Orang-orang yang masih menggunakan handphone jadul dianggap ketinggalan jaman. 

Selain itu, semisal, trendnya boy band/girl band korea. Saat selera kamu musik jazz atau lawas, kamu dianggap kuno dan tidak bisa mengikuti pergaulan. 

Padahal masalah selera atau trend itu tidak selalu harus mengikuti perkembangan jaman. Orang-orang yang masih memakai handphone jadul, bukannya tidak bisa membeli atau memakai handphone jaman sekarang.

Namun, mereka merasa masih belum terlalu membutuhkannya. Begitu pun dengan selera music, pakaian atau hal lainnya. Setiap orang punya standar kenyamanannya sendiri.