Lukamu Belum Sepenuhnya Kering, Tapi Percayalah Aku Akan Membuatmu Bahagia

Alasan yang Membuat Kalian Tidak Bisa Bersama
Sumber :
  • TVING

Olret – Aku menatapnya dari kejauhan. Gadis itu lagi-lagi duduk di pojok café bersama dengan segelas cappucinonya. Ia menyesapnya perlahan, lalu memandang jauh ke luar jendela.

Uang dari Jualan Cabai untuk Seragam KORPRI: Kisah Pilu Pengorbanan Istri yang Ditinggalkan di Puncak Sukses

Entah apa yang ada dalam pikirnya. Matanya seperti menewang jauh, entah apa yang ia lihat. Dan ketika itu pula, tatkala petir menyambar, ia buru-buru menaruh gelasnya, menutup telinga.

Tidak Akan Masuk ke Dalam Neraka Seorang yang Menangis Karena Takut Kepada Allah
Cara Cepat Menghilangkan Lemak Tubuh: Rahasia Efektif Tanpa Tersiksa

Dhuaarr!!!

Kaca dihadapannya bergetar hebat. Ia yang tak siap, getarannya seperti menjalar ke tubuhnya. Kini gadis itu memeluk dirinya sendiri. Menangkan dirinya dari rasa takutnya terhadap gelegar petir yang kini semakin lama menyambar.

Entah apa yang membuatnya tak ingin beranjak dari tempat duduknya. Padahal air matanya kini menetes, bersama dengan suara petir yang kian menghilang lalu hujan kini membasahi jalanan.

Pun seperti dirinya yang enggan beranjak, hujan yang semakin membasahi tak buatku ingin pergi. Ini adalah titik pandang terbaik untukku memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Setiap gerak-geriknya, setiap tatapannya, tubuhnya yang naik turun karena napasnya yang terkadang terlihat begitu berat ia hembuskan.

Pipinya tak lagi basah. Hujan membuatnya kembali berangsur tenang dari ketakutan yang menyelimutinya 10 menit terakhir. Ia kembali menikmati cappucinonya. Ada senyum simpul yang kini menghiasi wajahnya.

Ah, manis juga. Ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum. Setelah beberapa kali aku baru menatapnya sebentar lalu ia pergi entah kemana. Apa yang kira-kira membuatnya tersenyum semanis itu? Adakah yang mampu memberitahuku?

Aku menatapnya dari dalam café, bersama dengan gelas cappucinoku yang kedua hari ini. Ini hari sabtu, hari wajib untukku datang ke café yang telah lama ku singgahi 3 tahun terakhir. Di luar mendung. Aku tak yakin jika akan turun hujan. Lagipula, mendung tak berarti hujan bukan?

Aku menatapnya. Pria itu. Dengan setelan jins, sepatu kets putih. Ia seperti menatap ke arahku. Tetapi, aku tak mau besar kepala dulu. Lagipula, siapa aku? Sepertinya aku tak pernah bertemu dengannya.

Pun lagipula aku tak memiliki hal untuk membuatnya memperhatikanku sejauh ini. Berdiri begitu lama di titik yang sama, hanya untuk menatap seseorang yang bahkan tak ia kenal sebelumnya. Memangnya siapa yang suka rela melakukannya?

Halaman Selanjutnya
img_title