Mengapa Anda Tidak Harus Menggunakan Kata Friendzone?

Friendzone
Sumber :
  • freepik

Kapan pun Anda merasa telah dijadikan teman, kemungkinan besar orang yang Anda minati tidak melakukannya karena niat jahat. Mereka hanya tidak memiliki perasaan yang sama seperti Anda.

Makna Sejati Hijrah: Mengapa Niat yang Benar Mencegah Depresi

Mereka tidak bisa menghidupkan dan mematikan perasaan romantisnya, dan Anda tidak seharusnya mengharapkannya. Mereka adalah manusia dengan keinginan dan perasaan. Hal ini harus selalu dihormati, daripada menganggap persahabatan sebagai hukuman.

Jika Anda merasa telah dijadikan teman, jangan bersikap defensif atau marah. Reaksi itu menunjukkan Anda hanya tertarik padanya karena Anda pikir hal itu akan membuahkan hasil dalam hubungan seks.

Pendekatan “berteman” dengan seseorang ini membuat wanita merasa seolah-olah dia hanya dimanfaatkan atau diobjektifikasi. Hanya berteman dengan seseorang dengan harapan memulai hubungan romantis atau berharap untuk bercinta bukanlah persahabatan yang sebenarnya. Wanita bukanlah hadiah yang bisa dimenangkan atau ditukar.

Narasi seperti ini bisa Anda lihat di acara TV dan film blockbuster besar, di mana pemeran utama pria selalu mendapat imbalan berupa gadis seksi di akhir film, karena ia berhasil. Sayangnya, rasa berhak ini merembes ke dalam kehidupan nyata dan membuat orang percaya bahwa inilah yang pantas untuk menjadi “pria baik”.

Ustadz Khalid Basalamah Ungkap 1 Kata Kunci Utama Agar Doa Cepat Terkabul, Apa Itu?

Sikap bermuka dua dari “pria baik”

Ada banyak pria luar biasa cantik di luar sana. Pria yang menghormati batasan dan merasa nyaman dengan gagasan untuk tetap bersikap platonis begitu mereka menyadari bahwa perasaan mereka tidak berbalas.

Kisah "Hutang Sahabat" : Hutang Berdarah dan Bayangan yang Menghantui

Di sisi lain, ada banyak pria yang menyebut diri mereka sebagai “pria baik”, dan berpikir bahwa dengan mengatakan ini mereka berhak mendapatkan perasaan yang dibalas.

Kebaikan yang dibuat-buat ini umumnya hanya dihadirkan sampai ia tidak mendapatkan hasil yang diinginkannya atau ditolak. Hal ini kemudian dengan cepat digantikan dengan perilaku yang menyakitkan.

Setiap wanita mengenal setidaknya satu pria yang berteman dengan kedok bersikap baik, namun kemudian berubah menjadi manipulatif, terlalu lancang, atau gigih secara agresif. Saya sebenarnya telah bertemu begitu banyak sehingga saya tidak dapat menghitungnya.

Mereka yang memproklamirkan diri sebagai “pria baik” adalah tipe pria yang menjadi pasif agresif atau pendendam begitu menyadari orang yang mereka minati ingin bersikap platonis. Mereka adalah tipe pria yang tidak mengerti mengapa wanita tetap berteman dengan mereka, meskipun mereka tidak menghormati batasan mereka.

Halaman Selanjutnya
img_title