Menengok Sejenak Suku Baduy, Desa Adat Pelestari Budaya Indonesia

Menengok Sejenak Suku Baduy
Sumber :
  • Viva/Idris Hasibuan

Anak-Anak Suku Baduy Bersama Admin Kemana-lagi.com

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Tina Wiryawati Pastikan Rekrutmen SPPG Ciamis Transparan, Gandeng Akademisi Unigal untuk Jaga Profesionalitas

Terik mentari kini berganti dengan sunyi, cahaya yang begitu pekat dan panas di kepala kini sudah menjadi lebih tenang. Namun jalanan yang di tempuh semakin sulit saja, ada yang mulai putus asa dan sesekali mengeluh. Ada juga yang tetap semangat sambil mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada.

Salah satu jalanan yang paling melelahkan adalah tanjakan cinta. Sebuah tanjakan dengan kemiringan hampir 80 derajat. Meski tidak begitu panjang, tetap saja membuat kaki pegal dan otot kaku, namun setelahnya jalanan sudah mulai landai dan cenderung menurun.

Kuncian Maut di Puncak Gunung Jawa Barat: Kisah Pasangan Tewas "Gancet" Setelah Diganggu Makhluk Gaib

Dan pada akhirnya satu per satu, kami pun sudah sampai di sebuah desa yang bernama desa Cibeo. Sebuah desa yang tak mempunyai penerangan yang memadai, penuh peraturan dengan tujuan yang mulia yaitu tetap melestarikan budaya yang ada.

Menikmati Malam yang Syahdu di Suku Baduy Dalam. Perasaan Menyatu Dengan Alam dan Hawa Panas Ditemani Obrolan Dengan Warga Baduy.

Pulau Hoga: Menyepi ke Surga Biru Wakatobi, Destinasi Anti-Mainstream untuk Mencari Ketenangan

Sungai di Suku Baduy

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Anak-anak suku baduy dalam ini sangat cantik dan menggemaskan. Mereka juga sangat ramah meski terhalang komunikasi. Kami pun melewati malam istimewa bersama suku baduy, di awali dengan mandi di sungai atau sebuah pancuran ala curug.

Bintang di langit terlihat begitu jelas dan cahaya bulan menjadi salah satu sumber penerangan yang ada. Dan tentu saja ada lampu khas juga yang dibuat secara tradisional. Lalu kami pun mengakrabkan diri dengan makan malam bersama dengan lauk apa adanya. Ini bukan perihal makanan yang mahal dan enak, melainkan rasa bersama dalam kesederhanaan menjadi sebuah pelajaran penting.

Lalu sesama traveler, kami juga tak lupa untuk saling mengobrol sebelum tidur di suasana hangatnya malam hari di hutan. Saya juga sebenarnya bingung, kenapa malam hari disini justru terasa panas dan tidak dingin. Hawa terasa dingin hanya di pagi hari.

Suara Ayam Sayup-Sayup Berkokok, Menandakan Pagi Pun Mulai Tiba. Dan Saatnya Melanjutka Destinasi Berpetualang di Suku Baduy Dalam.

Jembatan Akar Suku Baduy

Photo :
  • Viva/Idris Hasibuan

Setiap pertemuan selalu diakhiri perpisahan bukan? Begitu juga dengan warga baduy dalam, di lepaskan oleh hangatnya sang mentari. Kami pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan perjalanan. Oh iya, untuk jalan pulang sendiri tidak sama dengan jalan awal kami datang.

Halaman Selanjutnya
img_title