Menjemput Harapan di Tepian Sungai Rawas: Catatan Perjalanan Arsal Bahtiar dan Andrew Kalaweit
- thethao247.vn
Olret – Dalam setiap perjalanan, destinasi hanyalah titik akhir. Cerita yang sesungguhnya seringkali terselip di antara debu jalanan, deru mesin perahu yang terbatuk, dan senyum tulus warga yang jarang tersentuh kamera.
Agustus lalu, fotografer Arsal Bahtiar bersama aktivis lingkungan Andrew Kalaweit menembus jantung Sumatera Selatan. Bukan sekadar untuk menikmati alam, melainkan untuk sebuah misi bertajuk "Langkah Berdampak".
Awal yang Tak Terduga
Perjalanan dimulai dari Lubuk Linggau menuju Kabupaten Musi Rawas Utara. Namun, pedalaman Sumatera punya caranya sendiri untuk menguji kesabaran. Di tengah jalan lintas, sebuah truk pengangkut alat berat mogok, menutup akses.
Tak berhenti di situ, drama berlanjut saat drone milik Andrew Kalaweit menghantam ranting dan tenggelam di sungai. Di momen ini, keajaiban muncul melalui kebaikan warga lokal yang bahu-membahu menyelamatkan "mata terbang" tersebut hingga berhasil ditemukan kembali.
"Dalam sebuah perjalanan, tidak melulu soal destinasi. Banyak cerita menarik yang justru terjadi di perjalanannya... semua itu bagian dari proses yang jarang dilihat orang." — Arsal Bahtiar.
Batu Tulis: Nafas di Tepian Sungai
Setelah menempuh jalur sungai menggunakan perahu kecil yang sempat mengalami patah as, tim tiba di Desa Batu Tulis. Di sini, Sungai Rawas bukan sekadar air yang mengalir, melainkan nadi kehidupan.
Warga setempat, termasuk ibu-ibu, menghabiskan hari dengan mendulang butiran emas. Dengan sabar, mereka mengumpulkan miligram demi miligram untuk kemudian dijual demi menyambung hidup. Hidup di sini sederhana, sunyi, namun penuh dengan rasa syukur yang mendalam.
Napalicin: Kabut dan Semangat Kemerdekaan
Etape berikutnya membawa tim ke Desa Napalicin. Terletak di bawah perbukitan hijau yang sering diselimuti kabut tipis, desa ini menawarkan pemandangan yang magis. Di momen kemerdekaan, tim bersama anak-anak desa melakukan upacara bendera sederhana di depan rumah panggung kayu.
Melihat anak-anak berseragam merah-putih memberi hormat pada sang saka di tengah keterbatasan akses, menjadi pengingat bahwa semangat kebangsaan tak pernah luntur oleh jarak.
Jembatan Ber-KAF: Menyambung Mimpi yang Terputus
Puncak dari ekspedisi ini adalah di Desa Muara Kuis. Sejak jembatan utama hancur akibat banjir besar, kehidupan warga seolah terisolasi.