Part 5 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Pos 3 Menuju Pos 4 Gunung Ungaran
Sumber :
  • Viva/Idris Hasibuan

"Terima kasih Tuhan, terima kasih Tuhan... ''

Jebakan Utang dan Ludah Dendam: Kisah Horor Pak Rahman di Gunung Hejo

Bersamaan juga, Ale tampak mulai menguasai dirinya lagi. Dia bangkit dengan lemah. Kami mendekati Anes, lalu berpelukan dan saling bertangisan. Hanya Bang Idan yang tetap duduk sambil masih memegangi Bang Amran yang sepertinya tertidur.

"Kenapa tadi, Nes?" Tanya Bang Idan.

Kisah Gaib dan Tragedi Nyata di Balik Runtuhnya Gunung Kuda

"Kunti dan pocong Bang, mereka mau bawa aku, " Jawab Anes. Nafasnya masih naik turun. Keringat dingin menetes di dahinya, ''mereka bilang juga mau ambil Alpin, Ale, Yuni dan Abang."

Kami saling berpandangan mendengar ucapan Anes. Bang Idan kulihat sedang memperhatikan kami satu persatu. Mungkin dia menilai kondisi kami. Kemudian dia melihat ke sekeliling kami, ke hutan di kanan dan jurang di kiri kami.

Malam yang Sunyi, Teror yang Menghantui: Kisah Operator Ekskavator di Jalur Tengkorak Pantura

"Masih kuat kalian jalan?'' tanyanya lagi.

Kami menjawab serempak, " Kuat bang."

"Pin, kamu pakai kaos dalam kan? Coba kamu buka pin." Kali ini dia berbicara padaku.

Aku tak mengerti tapi tidak juga bertanya. Kubuka jaket dan kaosku, lalu kaos dalamku dan kuserahkan pada Bang Idan. Kaos dalam ku itu lalu disangkutkan pada sebuah akar yang mencuat dari gundukan tanah.

"Ayo, gerak lagi." Kata Bang Idan setelahnya, "Dengar ya, Abang tegaskan lagi. Fokus aja ke depan, apapun yang kalian lihat, dengar, rasakan, jangan diceritakan.''

Kami semua mengangguk.

"Kita semua lihat, ngga usah diceritakan lagi. Abang pun lihat, ngga cuma kalian." Sambung Bang Idan lagi.

Aku lega karena ternyata Bang Idan pun melihat yang kulihat. Ada ketakutanku jika selama ini aku hanya berhalusinasi. Nampaknya itu juga yang dirasakan Yuni, Anes dan Ale. Tanpa ada yang menyuruh kami semua langsung berpelukan.

Dadaku bergemuruh, dan tanpa bisa ditahan mataku basah oleh airmata. Begitu juga dengan teman yang lain. Bang Idan memeluk kami semua dan menepuk-nepuk bahu untuk menguatkan.

"Sudah. Sudah. Pokoknya mulai sekarang saling jaga aja ya. Ingat, disebelah kiri kita jurang menganga. Jaga temanmu."

Kami semua mengangguk. Setelah berpelukan rasanya ada energi baru di tubuhku.

Halaman Selanjutnya
img_title