Punya Riwayat GERD Tapi Nggak Bisa Lepas dari Makanan Pedas? Ini Cara Menyiasatinya

Ayam Balado Pedas
Sumber :
  • Shutterstock

Olret – Bagi pecinta kuliner Nusantara, makan tanpa rasa pedas itu seperti sayur tanpa garam nggak lengkap! Sambal, cabai, hingga kuah berempah pedas sudah jadi sahabat setia di meja makan. Tapi gimana kalau kamu punya riwayat GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)? Makanan pedas bisa jadi musuh dalam selimut alias enak di mulut, menyiksa di perut.

Resep Mie Goreng Simpel ala Resto, Gurihnya Bikin Nagih!

Tapi tenang, bukan berarti kamu harus 100% pantang makan pedas. Dengan strategi yang tepat, kamu tetap bisa mencicipi sensasi pedas tanpa harus ‘berperang’ dengan lambung sendiri.

 

GERD dan Makanan Pedas, Kenapa Bisa Bikin Kambuh?

7 Penyebab Perut Kembung, Bukan Cuma Karena Masuk Angin Aja!

GERD terjadi saat katup antara lambung dan kerongkongan melemah, sehingga asam lambung bisa naik dan menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn), mual, atau nyeri ulu hati. Nah, makanan pedas jadi salah satu pemicu utama karena bisa meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat pengosongan lambung.

Bagi yang punya lambung sensitif, makan makanan pedas adalah tantangan. Tapi bukan berarti kamu nggak boleh menyentuh sambal sama sekali. Kuncinya adalah kontrol dan kenali tubuhmu sendiri.

7 Jenis Makanan dan Minuman yang Bisa Memicu Perut Kembung

 

1. Mulai dari Pedas yang Ringan Dulu

Kalau kamu nggak mau ‘putus’ dengan sambal, mulailah dari pedas yang lebih ringan. Hindari sambal mentah atau rawit yang super pedas. Sebagai gantinya, coba sambal matang yang dimasak dengan sedikit minyak dan pakai cabai besar yang lebih bersahabat.

Bisa juga ganti sensasi pedas dengan rempah hangat seperti jahe atau lada putih. Rasanya tetap menggigit, tapi lebih ramah untuk lambung.

 

2. Jangan Makan Pedas Saat Perut Kosong

Ini kesalahan klasik yang sering terjadi adalah makan mi pedas level 10 di pagi hari sebelum sarapan. Hasilnya? GERD langsung menyapa.

Pedas sebaiknya disantap setelah perut terisi makanan netral seperti nasi atau karbohidrat lain. Makan dalam kondisi perut kosong membuat dinding lambung langsung kontak dengan zat iritan, dan itu bisa memperparah kondisi GERD.

 

3. Perhatikan Porsi dan Frekuensi

Ingat, bukan soal seberapa kuat kamu menahan pedas, tapi seberapa bijak kamu mengaturnya. Hindari makan pedas tiap hari, apalagi dalam jumlah besar. Sesekali boleh, tapi beri jeda agar lambung punya waktu untuk pulih.

Kamu juga bisa buat “hari bebas pedas”, di mana kamu mengonsumsi makanan yang lebih kalem untuk menyeimbangkan kerja lambung.

 

4. Kombinasi Makanan Juga Pengaruh

Makan pedas ditambah gorengan, lalu ditutup dengan kopi atau teh kental? Ini kombinasi maut untuk penderita GERD. Lemak dari gorengan bisa memperlambat pencernaan, sementara kafein bisa melemahkan katup lambung.

Lebih baik padukan makanan pedas dengan lauk rebus, kukus, atau tumisan ringan. Minumnya cukup air putih hangat atau teh herbal nonkafein.

 

5. Hindari Rebahan Setelah Makan

Setelah kenyang makan sambal, langsung selonjoran nonton drakor? Wah, bisa-bisa malamnya kamu terbangun karena dada panas dan tenggorokan perih.

Kalau habis makan, minimal tunggu 2–3 jam sebelum rebahan. Duduk tegak atau jalan santai justru lebih baik agar makanan turun sempurna dan asam lambung tetap stabil.

 

6. Dengarkan Sinyal dari Tubuh

Setiap tubuh punya ‘bahasa’ sendiri. Kalau setelah makan pedas kamu langsung merasa begah, mual, atau perih, jangan abaikan. Itu sinyal tubuh minta kamu rem dulu. Makin kamu cuek, makin besar risiko kerusakan lambung dalam jangka panjang.

Kuncinya adalah mengenali pola tubuhmu. Catat jenis makanan pedas apa yang masih bisa ditoleransi, dan kapan waktu terbaik untuk menyantapnya.

 

7. Konsultasi Bila Perlu

Kalau kamu merasa makin sensitif terhadap makanan pedas, sering kambuh, atau bahkan sampai sesak napas atau sulit tidur karena GERD, jangan ragu konsultasi ke dokter. Mungkin tubuhmu sudah butuh perawatan lebih serius.

 

GERD bukan akhir dari kenikmatan makan pedas. Kamu masih bisa menikmatinya, asal tahu batas dan pintar menyiasatinya. Intinya jangan egois pada lidah, tapi lupa mendengar suara lambung.

Karena makan enak itu bukan cuma soal rasa di mulut, tapi juga rasa nyaman setelahnya. Yuk, lebih bijak dan cerdas mengelola gaya hidup, supaya tetap bisa sambal-sambalan tanpa drama!