Mengenal Gival Giovani, Guru Muda yang Jadi Idola di TikTok

Gival Giovani
Sumber :
  • instagram

Mau tak mau, Gival akhirnya harus tinggal bersama nenek dan kakeknya di kampung. Gival awalnya adalah anak yang tergolong kurang pandai, sejak sekolah dia selalu mendapat rangking terbawah.

Dari Hujatan ke Dukungan: Kisah Yai Mim Dosen UIN Malang, Video "Guling-guling", dan Fitnah Digital Terkejam Tahun 2025?

Namun dia memiliki tekat yang kuat untuk terus belajar dan doa yang tulus. Hal ini karena tak banyak pilihan yang dia miliki, orang tuanya bukanlah yang berkecukupan, bahkan kondisi ekonomi orang tuanya yang semakin susah. Hal ini pun membuatnya menjadi lebih rajin belajar hingga mendapatkan juara dan nilai tertinggi Ujian Nasional Ketika itu.

Masa SMP Gival Giovani : Sulit Memang, Tapi Tangan Orang-Orang Baik Itu Selalu Membantu

Pintu Surga di Telapak Kaki Orang Tua: Rahasia Besar Berbakti yang Mengalahkan Jihad

Setelah tamat SD dia dibawa ayahnya untuk melanjutkan Pendidikan di Ujung Batu, Rokan Hulu, Riau. Dia sekolah di MTSN 1 Ujung Batu yang sekarang Bernama MTSN 2 Rokan Hulu. Disana dia selalu meraih peringkat pertama dan bahkan Juara Umum.

Selama sekolah disana kondisi ayahnya tetap tidak membaik. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan. Untuk memenuhi tambahan uang jajan Gival dan Adiknya sering memungut rongsokan di tepi jalan dan besi-besi tua.

Ironi di Ruang Kelas: Smart TV Bantuan Prabowo Berubah Jadi Arena Karaoke Oknum Kepala Sekolah Saat Jam Pelajaran

Setelah tamat SMA, dia melanjutkan Pendidikan kembali ke kampung halamannya di Sumatera Barat. Dan memasuki SMA N 1 Suliki. Disana prestasinya mulai menurun karena permasalahan hidup yang semakin banyak.

Ayahnya sakit kemudian meninggal Ketika dia kelas 2 SMA. Saat itu dunia dan masa depannya benar-benar hancur. Untuk menyelesaikan pendidikan SMA, ibunya pun harus berjuang keras dan beruntungnya dia di bantu oleh guru dan teman ayahnya untuk masalah uang sekolah.

Pak Gival lulus pada tahun 2013, kemudian mencoba mengikuti tes masuk perguruan tinggi dengan jalur beasiswa (SNPTN dan SBMPTN) namun ke 7 universitas yang ditujunya tidak menerima.

Dia memilih untuk menganggur selama setahun dan bekerja menjadi karyawan di toko roti di Kota Pekanbaru. Namun semangat kuliahnya tidak pernah padam, pada tahun 2014 dia kembali mengikuti tes dan berhasil lolos di Universitas Riau jalur beasiswa bidikmisi.

Selama kuliah, masalah hidupnya tak pernah selesai. Dia terancam berhenti kuliah karena masalah finansial. Untungnya dia kembali mendapatkan bantuan dari dosennya ibu Yuslim Fauziah, kemudian ditawarkan untuk bekerja di kampus penjaga ruangan dosen.

Halaman Selanjutnya
img_title