Sebuah Pengakuan Tulus Julia Prastini : Memeluk Penyesalan dan Memohon Kesempatan Kedua

Julia Prastini
Sumber :
  • instagram

Olret –  Di hadapan Anda, teman-teman terkasih, saya hadir dengan segenap kerendahan hati yang terdalam. Tulisan ini bukan sekadar klarifikasi, melainkan sebuah pengakuan jujur dari lubuk jiwa yang kini tengah bergemuruh oleh penyesalan. Saya berharap, dengan segala ketulusan, Anda sudi menyambut pesan ini dengan hati yang lapang terbuka.

Beberapa waktu terakhir, badai gosip dan perbincangan tentang kehidupan pribadi saya telah beredar. Saya menyadari, betapa pun sulitnya, saya tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa ada kesalahan yang telah saya perbuat.

Dan yang paling menyakitkan, kesalahan pribadi ini telah menciptakan riak luka yang begitu besar, menjangkau dan menyentuh orang-orang yang paling saya cintai dan hargai.

Dari palung hati yang paling dalam, saya memohon maaf. Maaf ini saya tujukan pertama-tama kepada tiang hidup saya: orang tua saya, Daehoon, dan mutiara-mutiara hati saya, Junho, Eunho, dan Jena.

Kepada keluarga besar, teman-teman, dan rekan-rekan brand yang selama ini telah memercayai mimpi dan kerja keras saya. Saya telah mengecewakan, saya telah menjatuhkan kenyamanan, dan saya telah merusak kepercayaan yang telah susah payah kita bangun bersama.

Julia Prastini

Photo :
  • instagram

Kepada semua pihak yang selama ini telah memberi dukungan tulus, saya juga meminta maaf karena telah membuat Anda kecewa.

Saya memohon dengan sangat, biarkanlah badai ini berhenti di saya. Permasalahan ini adalah murni urusan dan kesalahan pribadi saya. Saya tegaskan, tidak ada sangkut pautnya, sama sekali tidak ada, dengan orang-orang terdekat, teman-teman, maupun brand yang pernah bekerjasama dengan saya.

Mereka tidak pantas menerima ganjaran atas kekhilafan saya. Karena itu, saya memohon kebijaksanaan teman-teman untuk tidak mengganggu, menghakimi, atau menghujat mereka.

Saya tahu, penyesalan ini tidak akan serta-merta menghapus luka. Kepercayaan, ibarat kaca, sekali retak akan sulit kembali utuh. Namun, hari ini saya berdiri di atas puing-puing kesalahan saya, bukan untuk meratap, melainkan untuk berjanji.

Saya berjanji akan menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran paling berharga dalam hidup. Saya akan memperbaiki diri, merenungi, dan bertumbuh. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang lebih bijak, yang pantas untuk kembali memegang amanah dan kepercayaan.

Terima kasih. Terima kasih yang tak terhingga untuk setiap hati yang masih mau memberi dukungan, dan yang paling penting, masih mau memberi kesempatan kedua.

Semoga kelak, saya bisa membuktikan bahwa janji ini bukan hanya kata-kata, melainkan sebuah perubahan nyata. Semoga ke depannya, saya bisa menjadi pribadi yang kembali dipercaya.