Bukan Lantai Dua, Tapi Lantai Empat : Pengakuan Ibunda Timothy Ungkap Kronologi Pilu dan Luruskan Isu Bully
- Youtube
Ia menjelaskan, Timi memang pernah dibawa ke psikolog sejak SD karena dinakali teman. Namun, melalui pendampingan holistik bersama sekolah dan psikolog, Timi belajar keras bagaimana merespon dan berinteraksi.
"Dia itu bertahun-tahun dia belajar bagaimana merespon terhadap bully, bagaimana seharusnya memberikan respon yang benar atas hal-hal yang terjadi di sekitarnya dia," kata Sheren.
Ia menambahkan, Timi justru sangat menikmati kuliah Sosiologi, tidak ada indikasi di-bully oleh teman sekelasnya, dan bahkan sering menjadi tempat temannya meminjam catatan.
Memberi "Wajib Lapor" Kepada Para Pelaku Chat
Terkait bocornya grup chat berisi olokan dari 11 terduga mahasiswa lain, Tante Sheren justru menunjukkan hati yang luar biasa besar. Ia telah bertemu dengan beberapa dari mereka dan berkeyakinan bahwa mereka tidak mengenal Timi.
"Mereka semua ini enggak tahu Timi. Ini adalah orang-orang bodoh sesaat yang mungkin mulutnya enggak dikontrol," tegasnya.
Alih-alih menuntut pembalasan, Tante Sheren memberikan mereka "hukuman" yang mendalam. Kepada salah satu mahasiswa yang ia temui, ia menyampaikan: "Kamu saya kenakan wajib lapor sama saya. Tante sudah enggak punya anak lagi, jadi kamu sekarang harus jadi anak Tante."
Tujuan utamanya adalah melihat komitmen mereka untuk menjadi orang yang lebih baik dan melanjutkan spirit Timi.
Sebuah Panggilan untuk Perubahan Bangsa
Tante Sheren mengakui bahwa ia telah mengikhlaskan kepergian putranya dan meminta kepada kampus agar fokus pada dua hal: memberikan kronologi privat dan melakukan proses review untuk perbaikan institusi. Ia berharap kasus Timi ini menjadi pelajaran, tidak hanya bagi Udayana, tetapi bagi seluruh institusi pendidikan.
"Saya ingin melihat bahwa kampus punya proses review... mungkin bisa lebih proaktif [lembaga konseling] sehingga tidak hanya bersifat reaktif," harapnya.
Tante Sheren menutup wawancara tersebut dengan pesan yang kuat: "Isunya mengenai bully itu ada di masyarakat kita... Ini momennya untuk kita sebagai bangsa Indonesia ingat, bahwa itu bukan hal yang normal, dan kita bisa memperbaiki diri sebagai bangsa."
Dengan pengakuan ini, Tante Sheren mengubah tragedi pribadi menjadi panggilan moral bagi bangsa, berharap kepergian Timi tidak sia-sia, tetapi menjadi pemicu terciptanya generasi yang lebih berempati dan saling mengasihi.