Na Daehoon, Pria Korsel yang Rela Mualaf, Bertahan Demi Anak: Trauma Masa Kecil Jadi Kunci Keputusan
"Aku ingin anak-anakku tumbuh tanpa harus membuktikan apa-apa. Aku ingin mereka tahu bahwa dicintai tidak perlu alasan," ungkapnya.
Baginya, peran sebagai ayah adalah sebuah perjuangan suci. Ia mengakui hari-harinya terkadang lelah dan membingungkan, namun ia tahu pasti apa yang sedang ia pertaruhkan.
"Aku Akan Selalu Jadi Rumah yang Bisa Kalian Pulang"
Puncak dari kisahnya adalah janji yang ia sematkan untuk ketiga buah hatinya. Daehoon ingin memastikan anak-anaknya tidak pernah merasakan kesendirian dan kehilangan seperti yang ia alami di masa kecil. Ia bertekad menjadi fondasi yang kuat bagi mereka.
"Dan untuk anak-anakku kalau nanti suatu hari hidup ini terasa berat, aku ingin kalian ingat satu hal bahwa kalian tidak pernah sendiri," ujarnya.
"Karena selama aku masih ada, aku akan selalu jadi rumah yang bisa kalian pulang," tegas Daehoon menutup ceritanya.
Meskipun video emosional ini diunggah sebelum hebohnya isu perselingkuhan, warganet menyimpulkan bahwa janji inilah yang menjadi alasan terkuat Daehoon untuk mempertahankan rumah tangganya.
Keputusannya bukan semata-mata demi pernikahan, melainkan demi melindungi ketiga anaknya dari nasib seperti dirinya dulu: seorang anak yang kehilangan kehangatan keluarga dan tempat untuk pulang.
Pilihan Daehoon ini memperlihatkan bahwa bagi sebagian orang, keberadaan figur ayah dan ibu yang utuh—atau setidaknya adanya 'rumah' yang stabil—lebih berharga daripada mempertahankan harga diri di mata publik, sebuah keputusan yang didorong oleh trauma mendalam dan kasih sayang tak terbatas pada anak-anaknya.