Tali Pocong Di Laci Uang: Kisah Kelam Pedagang Ayam yang Terjerumus "Marketing Jin"
- Youtube Malam Mencekam
Olret – Pasar tradisional. Di mata orang, ia hanya deretan kios yang riuh dengan tawar-menawar, bau amis darah, dan suara timbangan.
Namun, di balik keriuhan itu, pasar adalah saksi bisu ambisi, persaingan, dan—kadang kala—jalan pintas yang menghancurkan. Inilah kisah Mas Agung, seorang pedagang ayam potong yang menukar berkah dengan malapetaka demi sebuah mimpi kaya.
Ambisi di Balik Timbangan Ayam
Tahun 2018, Mas Agung hanyalah pedagang ayam kecil di blok belakang pasar. Lulusan SMA ini memulai dengan modal cekak, omzet harian tak lebih dari ratusan ribu. Ia tak hanya harus menghadapi persaingan, tapi juga gunjingan pedas. "Tak punya masa depan," cibir pedagang lain.
Namun, yang paling menyakitkan adalah penolakan dari ayah Rina, gadis anak kepala desa yang ia cintai.
"Pedagang ayam sepertimu tak pantas bermimpi," sindiran itu menghujam. Kata-kata itu menumbuhkan ambisi buta. Mas Agung bertekad membuktikan diri: ia harus kaya, cepat.
Gumpalan Kain Hitam dan Kesepakatan di Gua Angker
Jalan pintas itu datang dari Diki, pedagang sayur yang mempertemukannya dengan sosok gaib. Malam itu, di sebuah gua angker, Mas Agung menjalani ritual: bertapa, hanya makan nasi dan air putih. Aroma wangi menyengat, suara-suara asing memanggil, hingga akhirnya muncul nenek bongkok bermata menyala, membawa gumpalan kain hitam.
"Masukkan ini ke laci uangmu. Jangan dibuka. Setiap malam Jumat bawa sesaji kepala kambing, darah ayam cemani, bunga tujuh rupa," perintah sosok itu. Isi gumpalan kain itu? Tali pocong.
Sejak "jimat" itu tersimpan di laci uang, keajaiban aneh terjadi. Warung Mas Agung diserbu pembeli. Stok habis sebelum jam sembilan pagi. Omzetnya melesat dari ratusan ribu menjadi belasan juta per hari.
Dalam lima bulan, ia membeli rumah. Tak lama kemudian, mobil Avanza terparkir di depan. Mas Agung telah bertransformasi dari pedagang hinaan menjadi pengusaha sukses.
Harga Mahal dari "Marketing Jin"
Sayangnya, kekayaan yang didapat lewat jalur gelap tak pernah membawa kebahagiaan sejati. Rina tetap menolaknya, dijodohkan dengan pria lain. Patah hati, Mas Agung mencari pelarian di klub malam, hingga menikahi Putri, seorang LC, secara siri.
Pernikahan itu hancur dalam enam bulan. Putri berselingkuh dengan sahabat Mas Agung sendiri. Hidupnya runtuh, dan di saat bersamaan, bisnisnya ikut merosot tajam. Ia mulai dihantui.
"Kenapa kamu berhenti memberi sesaji? Hidupmu akan hancur!" suara nenek gaib itu datang dalam mimpi, disusul rasa selalu diikuti, tubuh kurus kering, dan nafsu makan yang hilang.
Pembersihan dan Awal Baru yang Berkah
Penderitaannya mencapai puncak hingga ibunya membawanya ke seorang kiai. Di sana, Mas Agung diruqyah. Setiap ayat suci dibacakan, tubuhnya bergetar dan panas, hingga akhirnya keluar apa yang disebut kiai sebagai "tanaman jin."
Tali pocong yang selama ini menjadi mesin uangnya diserahkan untuk dimusnahkan. Sejak itu, gangguan gaib berhenti.
Kini, Mas Agung meninggalkan profesi pedagang ayam. Ia bekerja sebagai kenek, lalu sopir di toko furnitur. Hidupnya sederhana, jauh dari kemewahan instan pesugihan, namun penuh ketenangan.
"Saya hancur karena ambisi. Semua yang datang cepat lewat pesugihan, cepat pula hilangnya. Kalau mau usaha, jalani saja normal, biar kecil tapi berkah," ujarnya.
Kisah Mas Agung menjadi pengingat pedih: di balik persaingan pasar yang keras, kadang ada "marketing jin" yang siap menawarkan kekayaan instan. Namun, setiap kesepakatan dengan makhluk gaib selalu berakhir dengan satu harga: penderitaan.
Anda bisa menonton versi lengkap kisah Mas Agung di Youtube Malam Mencekam.