Tragedi di Sidoarjo: Santri Wafat Saat Sujud, Pondok Pesantren Roboh Diduga Karena Bangunan Asal-Asalan

Pondok Pesantren Roboh
Sumber :
  • Youtube

Olret –  Sebuah insiden memilukan terjadi di Pondok Pesantren Putra Al-Khozini, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025. Atap bangunan asrama santri yang tengah direnovasi tiba-tiba roboh, menimpa ratusan santri yang saat itu sedang bersiap atau melaksanakan salat Asar di lantai satu.

Peristiwa nahas ini tak hanya menyebabkan puluhan santri terluka, namun juga menimbulkan korban jiwa. Yang paling menyayat hati, beberapa jenazah korban ditemukan dalam posisi sujud, menunjukkan betapa khusyuknya mereka beribadah sebelum tragedi itu merenggut nyawa.

Detik-Detik di Bawah Reruntuhan

 

Bangunan yang ambruk merupakan asrama berlantai tiga yang sedang dalam proses renovasi. Santri bernama Muhammad Rijalul Ghaib bersaksi bahwa bagian atap lantai tiga baru saja dicor penuh pada hari kejadian, padahal biasanya penuangan semen dilakukan bertahap demi stabilitas.

Saat runtuhan terjadi, ratusan santri berada di lantai dasar. Seorang santri lain, Sofa, menduga banyak temannya tidak sempat menyelamatkan diri, bahkan mungkin ada yang tetap khusyuk dalam salat hingga tertimpa material bangunan.

Kengerian situasi semakin terasa saat tim SAR berjuang melakukan evakuasi. Karena khawatir getaran dari alat berat akan memicu keruntuhan susulan, proses evakuasi selama hari-hari pertama dilakukan secara manual dan hati-hati. Tim SAR terpaksa menggali lubang kecil untuk menyalurkan oksigen, makanan, dan minuman kepada korban yang masih terperangkap hidup-hidup.

Hingga hari ketiga, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan setidaknya 59 orang masih terjebak di bawah reruntuhan. Tim SAR bekerja melawan waktu, berpacu dengan "golden time" 72 jam, periode krusial untuk menyelamatkan korban dalam keadaan hidup. Sayangnya, kabar duka terus bertambah.

"Takdir" dan Dugaan Kelalaian Fatal

 

Pasca-tragedi, sorotan tajam mengarah pada struktur dan perizinan bangunan. Pakar teknik sipil menduga keruntuhan terjadi karena bangunan tidak kokoh dan adanya penambahan lantai tanpa perencanaan teknis yang matang, menyebabkan beban berlebih yang tidak sanggup ditahan oleh struktur awal.

Bupati Sidoarjo, Subandi, bahkan mengungkap dugaan bahwa bangunan tersebut tidak mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Namun, yang paling memantik amarah publik adalah pernyataan dari pengurus Pondok Pesantren Al-Khozini, K.H. Abdus Salam Mujib. Ia menyampaikan permohonan maaf tetapi menyebut bahwa insiden ini adalah "takdir dari Allah" dan meminta semua pihak untuk bersabar.

Banyak netizen dan pengamat menilai pernyataan ini sebagai upaya "cuci tangan" atau pengelakan tanggung jawab dari pihak pesantren, padahal musibah ini terjadi akibat dugaan kelalaian manusia dalam konstruksi bangunan yang tidak standar dan tanpa izin.

Ditambah lagi, muncul dugaan adanya tradisi di pondok yang melibatkan santri untuk membantu pengecoran sebagai hukuman, yang dikhawatirkan berkontribusi pada pengerjaan konstruksi yang tidak sesuai standar.

Tragedi ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan pentingnya keselamatan dan kepatuhan pada standar konstruksi, terutama untuk bangunan publik dan pendidikan. Kasus ini juga memunculkan pertanyaan besar mengenai transparansi data korban dan tanggung jawab hukum atas kelalaian yang merenggut nyawa para santri.

Sumber dan referensi artikel : Youtube Kamar Jeri dengan judul  PESANTREN ROBOH PULUHAN SANTRI WAFAT SAAT SUJUD ! AKIBAT BANGUNAN YANG ASAL-ASALAN?