Kisah Kakek Miskin dan Peti Emas yang Mengubah Segalanya
- Youtube Masih Lurus
Olret – Di tengah kemiskinan dan kelaparan yang melanda, seorang kakek berusia 80 tahun menanggung beban berat—menafkahi 8 hingga 9 anggota keluarga.
Suatu hari, di saat semua harapan tampak pupus, takdir membawanya pada sebuah penemuan yang mengejutkan: sebuah peti berat berisi tumpukan emas yang berkilauan.
Bagi siapa pun, peti itu adalah jawaban atas segala doa dan penderitaan. Namun, kakek dan istrinya memiliki hati yang lebih berharga dari emas. Mereka menolak godaan kekayaan dan memutuskan untuk melakukan satu hal yang paling jujur: mencari pemilik sah dari peti itu.
Ujian Keikhlasan yang Tak Terduga
Setelah menyebarkan berita tentang penemuan itu, seorang pemuda kaya dari Khurasan datang mengaku sebagai pemiliknya. Saat kakek itu berusaha mengembalikan peti tersebut, si pemuda mengujinya dengan cara yang tidak biasa.
Ia menolak memberikan imbalan sepeser pun, bahkan tidak satu keping dinar pun sebagai ucapan terima kasih.
Sang kakek, yang hatinya bersih dari pamrih, tidak menyerah. Ia mengikuti pemuda itu ke rumahnya untuk memastikan peti itu sampai di tangan yang benar.
Di sana, pemuda itu dengan acuh tak acuh mengambil peti emas dan berlalu begitu saja, meninggalkan sang kakek dalam kebingungan dan kekosongan. Namun, justru dalam momen inilah kesabaran dan keikhlasan sang kakek diuji hingga batasnya.
Balasan Jujur yang Tak Terduga
Tak lama kemudian, pemuda itu kembali dengan senyuman. Ia mengungkapkan sebuah rahasia besar: ayahnya telah memerintahkan ia untuk menemukan orang paling jujur dan putus asa di kota dan menyerahkan seluruh peti emas itu sebagai sedekah.
Pemuda itu telah mengamati dan menguji sang kakek. Kesabaran dan kejujuran kakek yang teguh di tengah cobaan berat adalah bukti bahwa dia layak menerima hadiah yang sangat besar itu.
Seketika, sang kakek yang mulia itu mendapatkan seluruh 1.000 dinar di dalam peti. Ia tidak menyimpannya untuk diri sendiri, tetapi membagikan kekayaan itu kepada keluarganya dan bahkan kepada Imam Thabari, sang pencerita kisah ini.
Bertahun-tahun kemudian, meski sang kakek telah tiada, keturunannya menjadi salah satu keluarga terkaya di Mekah, membuktikan bahwa kejujuran dan kesabaran adalah harta yang paling abadi.