dr. Zaidul Akbar Sebut Sedekah Bukan Sekadar Amal, Tapi Obat untuk Jiwa dan Raga
- freepik.com
Olret – Ketika berbicara tentang pengobatan, kita sering kali berpikir tentang obat-obatan, operasi, atau terapi medis.
Namun, dr. Zaidul Akbar, seorang praktisi kesehatan yang dikenal dengan pendekatan holistiknya, menyajikan sebuah perspektif yang berbeda: sedekah sebagai salah satu cara berobat paling ampuh.
Dalam video "Cara Berobat Dengan Shodaqoh," beliau menjelaskan bagaimana memberi bukan hanya membersihkan harta, tetapi juga menyembuhkan tubuh dan jiwa.
Jiwa yang Kelaparan dan Makanan Surgawi
Menurut dr. Zaidul Akbar, manusia pada dasarnya adalah "makhluk surgawi" yang diturunkan ke bumi. Konsep ini menjadi dasar pemahamannya bahwa tubuh kita membutuhkan nutrisi tidak hanya dari makanan fisik, tetapi juga dari makanan spiritual.
Makanan spiritual inilah yang dibutuhkan oleh "komandan" utama dalam diri kita, yaitu jiwa.
Lalu, apa makanan terbaik untuk jiwa? Jawabannya adalah kasih sayang dan kebaikan. Dan wujud paling nyata dari kasih sayang adalah sedekah.
Ia menjelaskan bahwa sedekah yang diberikan dengan tulus dan penuh cinta akan menumbuhkan kebahagiaan di hati, yang kemudian akan menjadi sumber kekuatan yang luar biasa bagi seluruh tubuh.
Mekanisme Penyembuhan Sedekah
Sedekah tidak akan membuatmu miskin
- pexel
Dr. Zaidul Akbar menghubungkan antara sedekah dan kesehatan fisik melalui sebuah mekanisme yang menarik. Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang bersedekah dengan ikhlas dan penuh cinta, hal itu memicu pelepasan endorfin dalam tubuh.
Endorfin adalah hormon kebahagiaan yang secara ilmiah terbukti memiliki banyak manfaat, seperti:
- Menurunkan tekanan darah tinggi.
- Mengurangi kadar kolesterol.
- Meringankan rasa sakit kronis.
- Bahkan, membantu proses penyembuhan dari penyakit berat seperti kanker.
Pandangan ini selaras dengan hadis nabi yang sangat terkenal: "Obatilah orang sakit di antara kalian dengan sedekah."
Hal ini menunjukkan bahwa sedekah bukanlah sekadar anjuran, melainkan sebuah metode penyembuhan yang telah diakui secara spiritual dan, menurut beliau, dapat dijelaskan melalui reaksi biologis.
Belajar dari Sejarah: Sedekah yang Memuliakan
Untuk memperkaya argumennya, dr. Zaidul Akbar juga mengutip contoh-contoh historis tentang bagaimana sedekah diterapkan dengan cara terbaik. Beliau menyinggung kisah kaum Anshar di Madinah yang memberikan segalanya kepada kaum Muhajirin, sebuah contoh pengorbanan yang dilandasi cinta yang sangat dalam.
Lebih lanjut, ia menceritakan tentang "pilar sedekah" pada masa Kesultanan Utsmaniyah di Turki. Pilar-pilar ini dirancang agar orang bisa menaruh atau mengambil uang secara anonim.
Hal ini dilakukan untuk menjaga martabat baik si pemberi maupun si penerima, memastikan bahwa sedekah benar-benar menjadi jembatan kasih sayang tanpa ada rasa sombong atau malu.
Pada intinya, video ini mengajak kita untuk melihat sedekah bukan sebagai kewajiban yang memberatkan, tetapi sebagai sebuah kebutuhan jiwa yang memberi dampak nyata pada tubuh.
Dengan memberikan dengan penuh cinta, kita bukan hanya membantu orang lain, tetapi juga sedang "mengobati" diri kita sendiri dari berbagai penyakit, baik fisik maupun spiritual.