Dosa Besar Pertama Dalam Islam Adalah Syirik, Begini Penjelasan Imam Adz-Zahabi
- freepik.com
Olret – Sebagai seorang umat muslim, kita pasti tak jauh dari salah dan khilaf yang membuat kita tak luput dari dosa. Namun dalam islam, tingkatan dosa pun ada, ada dosa-dosa yang besar dan sebaliknya.
Dalam buka Imam Adz-Zahabi dengan judul Dosa-Dosa Besar ada 70 dosa besar dan yang pertama adalah Syirik.
Syirik dalam Islam adalah perbuatan menyamakan atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau seseorang lain dalam ibadah atau pengabdian. Ini berarti menyandingkan Allah dengan tandingan dalam hal kekuasaan, penciptaan, atau disembah. Syirik dianggap sebagai dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah.
Dosa Syirik sendiri dibagi menjadi dua
1. Menjadikan sekutu bagi Allah
Menjadikan sekutu bagi Allah dan di samping beribadah kepada Allah juga beribadah kepada selain Allah. Contohnya adalah beribadah kepada pohon, matahari, syekh dan lainnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا ٤٨
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar. (An-Nisa' · Ayat 48)
Selain ayat tersebut, masih banyak ayat-ayat tentang syirik dalam Al Quran seperti Al Maidah Ayat 72 dan Luqman ayat 13.
Bukan hanya dalam Al Quran, bahkan Nabi Muhammad SAW juga menjelaskannya secara detail lewat sabdanya. Dalam hadis tersebut pun dijelaskan bahwa siapa yang menyekutukan Allah lalu mati dalam keadaan musryik, dapat dipastikan ia menjadi penghuni neraka.
Sebagaimana orang yang beriman kepada Allah lalu mati dalam keadaan mukmin, ia termasuk penghuni surga meski boleh jadi diazab terlebih dahulu di neraka. Nabi Muhammad SAW bersabda,
عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ نُفَيْعِ بْنِ الْحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ -ثَلَاثًا- قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abu Bakrah Nufai’ bin al-Hârits Radhiyallahu anhu , ia berkata : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” –Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai Rasûlullâh.” Nabi hallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menyekutukan Allâh dan durhaka kepada kedua orang tua.”Awalnya Beliau bersandar kemudian duduk dan bersabda, “Serta camkanlah, juga perkataan bohong dan saksi palsu.” Nabi selalu mengulanginya sehingga kami berkata (dalam hati kami), “Semoga Beliau diam.”
2. Riya dengan amalan-amalannya.
Riya adalah perbuatan memperlihatkan atau memamerkan amal ibadah atau kebaikan kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan pujian dan pengakuan dari mereka. Riya termasuk perbuatan tercela dalam Islam dan dapat menghapus pahala amal ibadah.
Hal ini pun dijelaskan dalam Al Quran Surah Al Kahf Ayat 110 yang artinya,
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.