Kebahagiaan Sejati: Mengapa Usaha dan Berserah Diri Harus Berdampingan
- U-Repot
Olret – Apakah kebahagiaan itu hanya soal takdir? Apakah kita cukup hanya duduk diam dan menunggu rezeki datang karena yakin Allah akan memberikannya?
Ustadz Khalid Basalamah dalam ceramahnya membuka pandangan yang sering kali keliru tentang konsep tawakkal, atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah.
Menurut beliau, tawakkal bukanlah alasan untuk bermalas-malasan. Sebaliknya, ia adalah puncak dari sebuah proses yang diawali dengan usaha dan kerja keras.
Perbedaan Penting: Tawakkal vs. Tawakkul
Banyak dari kita salah mengartikan tawakkal. Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan ada perbedaan mendasar antara tawakkal dan tawakkul.
Tawakkul adalah keyakinan buta yang pasif. Ini adalah sikap seseorang yang hanya menunggu tanpa melakukan apa-apa.
Tawakkal adalah sikap seorang Muslim yang proaktif. Kita berusaha sekuat tenaga, mengikhtiarkan semua jalan yang ada, lalu setelahnya barulah kita serahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh keyakinan.
Sebuah kisah dari zaman Nabi Muhammad SAW menjadi contoh yang paling kuat. Suatu hari, seorang pria datang dan meninggalkan untanya tanpa diikat di luar masjid. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, "Saya bertawakkul kepada Allah."
Nabi SAW lantas menjawab, "Ikatlah untamu, lalu bertawakkallah."
Pesan ini sangat jelas: iman tanpa aksi adalah kosong. Islam adalah agama yang mendorong kita untuk bergerak, bekerja, dan berproduksi, bukan berdiam diri dalam kepasrahan yang salah.
Manfaat Luar Biasa dari Tawakkal yang Benar
Ketika kita mempraktikkan tawakkal dengan cara yang benar—berusaha lalu berserah—maka dua manfaat besar akan kita dapatkan:
Rezeki dari Jalan Tak Terduga
Siapa yang bertawakkal, maka Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Ustadz Khalid Basalamah memberikan perumpamaan seekor burung yang keluar dari sarangnya di pagi hari dalam keadaan lapar. Burung itu tidak menunggu makanan datang, ia terbang mencari rezeki. Dan ia kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.
Masuk Surga Tanpa Hisab
Beliau juga menyebutkan sebuah hadis yang mulia, bahwa 70.000 orang dari umat Nabi Muhammad SAW akan masuk surga tanpa dihisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah tanpa alasan, tidak percaya pada kesialan, dan memiliki tawakkal yang kuat kepada Allah.
Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang hakiki bukanlah soal seberapa banyak harta yang kita miliki, melainkan seberapa besar keyakinan kita dalam menggabungkan usaha dan kepasrahan.
Kisah Qarun: Peringatan tentang Kesombongan
Penting untuk diingat, dalam usaha kita, jangan sampai kita melupakan siapa yang sesungguhnya memberikan karunia. Kisah Qarun, seorang kaya raya yang sombong, menjadi pelajaran berharga.
Ia menganggap seluruh kekayaannya adalah hasil dari kepintarannya sendiri, bukan karunia dari Allah. Akhirnya, Allah menghukumnya dengan menenggelamkan dirinya beserta seluruh hartanya.
Jadi, kebahagiaan sejati tidak akan pernah datang dari sifat malas atau kesombongan. Itu hanya akan ditemukan ketika kita melakukan yang terbaik yang kita bisa, dan kemudian melepaskan segala kekhawatiran karena kita tahu, hasilnya sudah berada di tangan Yang Maha Kuasa. Inilah esensi sejati dari tawakkal.