Sakit Itu, Saat Kamu Mengingatkanku Untuk Selalu Sehat. Tapi, Justru Kamulah Yang Membuatku Terluka

Memberi Kabar Buat Dia
Sumber :

Olret – "Jangan lupa makan! Nanti kamu sakit lho, dek."

"Kalau capek ya istirahat, kamu itu jangan bikin aku khawatir, ya."

"Pokoknya kamu harus jaga kesehatan, makan teratur dan tidur yang cukup. Nanti kalau adek sakit. Abang juga ikut sakit." ucapmu di suatu waktu sembari menatapku dengan tatapan khawatir.

Membuatku sejenak berpikir bahwa aku adalah seseorang yang berarti dan istimewa dalam hatimu.

Tahukah kamu, segala perhatianmu itu membuatku berpikir hal lainnya? Merasa diistimewakan dan diperhatikan, membuatku berprasangka bahwa kamu mempunyai perasaan yang berbeda dan lebih padaku.

Meski, kamu tak pernah mengungkapkan atau mengatakannya sekalipun. Namun, kuakui ada yang aneh dalam tubuh ini, saat kamu terlihat begitu khawatir dan mencemaskanku.

Hingga, saat perasaan itu tumbuh subur karena dipupuk dengan perhatian dan kepedulianmu. Saat dengan yakin dan pedenya kupikir, rasa yang tertanam itu tersambut juga olehmu. Justru kamu yang menjatuhkannya dan melukaiku dengan sangat.

Kamu yang menyuruhku untuk selalu menjaga kesehatan. Bilang khawatir, jika aku sakit. Namun, entah kamu sadar atau tidak, kamu sendiri yang justru melukaiku dengan membuat harapanku pupus begitu saja.

Sakit Itu, Bukan Hanya Karena Luka Yang Dilihat Dengan Mata Telanjang. Tapi, Juga Luka Tak Berdarah Karena Perasaan Yang Kecewa

Jika kamu merasa khawatir pada luka fisik yang kualami. Luka yang bisa berdarah, tapi mampu diobati oleh obat dan medis.

Kenapa, kamu juga tidak khawatir pada luka yang ada di dalam hatiku. Tak terlihat, memang.

Tapi, rasa perihnya bisa membuat seseorang menangis berhari-hari, bahkan, kehilangan semangat untuk hidup.

Tanpa kamu sadari, kamu sendiri yang justru menorehkannya dengan membuatku kecewa pada perasaanku sendiri. Di saat itu, aku bahkan bingung, haruskah aku menangis atau tertawa. Menangis karena rasanya begitu sakit, tertawa karena aku merasa begitu bodoh.

Sakit Itu, Ketika Kupikir Kamu Punya Rasa Padaku, Tapi, Justru Memperkenalkan Orang Lain Sebagai Tambatan Hatimu.

Mungkin, akulah yang salah disini. Tak bisa membedakan perhatian sebagai kawan atau perhatian sebagai orang yang sayang. Aku hanya merasa begitu senang, setiap kali membuatmu begitu khawatir padaku dan ketika kamu menunjukkan kepedulianmu kepadaku.