Bebas Itu Mampu Melepaskan Diri Dari Godaan Harta, Tahta dan Cinta
- tiktok @mikadisini17
Olret – Pahlawan menurut M. Dahlan Al Barry adalah Pejuang bangsa, negara atau agama.
Mereka yang disebut pahlawan adalah para pejuang bangsa yang telah menorehkan tinta kemerdekaan, K.H. Ahmad Dahlan, Tan Malaka, I Gusti Ngurah Rai, Jend. Sudirman, Zheng Cheng Gong, Huo Yuanzia, Hasan Al Banna, Sayyid Quthb mereka adalah orang-orang yang mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan negeri mereka dari penjajahan.
Hassan Al Banna dalam sebuah risalah pergerakannya, mendefinisikan terkait pahlawan nasional “mereka siap mempertahankan kehormatan bangsanya dan siap menebusnya meski dengan mengalirkan darah dan mengorbankan nyawa.
Mereka siap berkarya nyata demi kejayaan tanah airnya, mempertahankan kehormatannya, serta menciptakan kebahagiaan masyarakatnya.”
Pahlawan adalah mereka yang telah mampu melepaskan diri dari godaan Harta, Tahta dan Cinta.
Karena memang tiga hal tersebut telah menjadi penyakit yang menjangkiti hati para pahlawan.
Allah pun telah mewanti-wanti terkait hal itu: “jika bapak-bapak, anak-anak saudara-saudara, istri-istri, keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta rumah kesukaan kalian lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya, tunggu sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”.
Salah satunya tentang cinta, cinta telah terlukis di dalam hati setiap insan, cinta telah masuk dalam relung hati yang terdalam. Cinta telah memberikan arti hidup bagi setiap insan
Begitu banyak, “calon pahlawan” yang gagal karena menggadaikan cinta kekal kepada Allah dengan cinta sementara, wanita. Dahulu mereka menasehati, mengingatkan tapi sekarang mereka dinasehati dan diingatkan, dalam arti bahwa cinta telah menggelapkan pandangannya.
Anis Matta dalam bukunya Mencari Pahlawan Indonesia menjelaskan tentang cinta, “Cinta adalah sumber kekuatan jiwa yang dahsyat. Akan tetapi, ketergantungan adalah kelemahan jiwa yang fatal, yang dalam banyak hal merupakan sumber kehancuran. Ada banyak pahlawan yang kehilangan momentum kepahlawanannya karena kelemahan jiwa ini.
Maka, para pahlawan mukmin sejati selalu menanamkan sebuah tradisi dalam dirinya: “Jagalah jarak tertentu terhadap siapa pun yang engkau cintai. Sebab, kita tidak akan selalu bersamanya setiap saat. Takdir mungkin memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai setiap saat. Namun, perjalanan menuju kepahlawanan tidak boleh berhenti.”