Aku Tak Menahanmu Lagi, Pergilah Bila Memang Itu Membuatmu Bahagia

Alasan Putus Dengan Seseorang
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Di pagi ini, bayang seseorang teringat kembali sebab, mimpi malam tadi rasanya ada rindu yang kembali menggebu. Ah, apa itu? Bayangan indah menghantui pagi yang mendung ini.

Menghembuskan angin dingin kesedihan, merindukan kepulangan, mencegah sebuah kepergian. Namun, hujan turun seperti memberi isyarat, aku menatap lamat-lamat langit berwarna kelabu.

Air telah jatuh dan mengalir, semua telah berakhir. Kebahagiaan telah berakhir sejak 2 tahun terakhir. Maka, biarlah kesedihan juga harus berakhir. Lelah rasanya menahan orang yang ingin pergi, jika itu adalah jalan kebahagiaannya saat itu dan hari ini.

Maka, pergilah sejauh mungkin, melangkahlah ke depan secepat mungkin. Biarkan aku pergi tanpa berharap kau kembali, karena hati pun lelah menahan pergi.

Jika Ini Adalah Yang Terakhir, Aku Tak Ingin Menjadi Penyesalan Yang Susah Untuk Tersingkir.

Jika saja ini adalah hari terakhir ku bisa bernapas, menikmati bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan pergi. Maka, aku tak ingin semua menjadi penyesalan. Mengapa penyesalan? Penyesalan sebab, aku tidak bisa memanfaatkan waktu ini dengan baik.

Saat itu senja, ada ceramah agama di tv, ustadz itu menyampaikan tausyiah, dia berkata, "Sebentar lagi, Ramadhan akan pergi. Rugilah kamu apabila, Ramadhan pergi tapi, dosamu sama sekali belum diampuni."

Ya Allaah terbesit dalam hati, "Apakah dosa-dosa ini telah diampuni?" Na'uzubillah. Mari sejenak kita merenung. Jika saja semua ini terlewat sia-sia, nafas kita berakhir di hari ini. Mata kita esok tak lagi terbuka. Jiwa kita terbang entah kemana. Kita tak bisa memperbaiki apa-apa lagi.

Atau jika saja semua ini terlewat sia-sia. Esok lusa tak lagi bertemu dengannya. Bagaimana penyesalan ini akan berakhir? Inginkah kita ini menjadi penyesalan yang susah untuk tersingkir. Na'uzubillah. Mari kita manfaatkan waktu yang singkat ini. Karena penyesalan tak pernah singkat.

Karena Memaafkan Itu Tak Pernah Mudah, Namun Maaf Hanya Untuk Kesediaan dan Ikhlas Menerima.

Mari sini, biarkan kuceritakan perihal keikhlasan yang menyakitkan. Perihal kepedihan atas kekecewaan. Ketika seseorang tak lagi punya tenaga untuk sekedar berkata, "Aku baik-baik saja." "Aku tidak apa-apa." Saat seonggok lara yang bersemayam dalam atma terbangun saat kecewa dan terlelap saat benar-benar bahagia.