Menjemput Harapan di Ujung Batas: Kisah Jembatan yang Menyatukan Dua Provinsi

Kisah Jembatan yang Menyatukan Dua Provinsi
Sumber :
  • youtube

Olret –  Pernahkah kamu merasa waktu seolah berhenti di sebuah tempat? Di mana hiruk-pikuk Jakarta yang menyesakkan digantikan oleh suara deburan ombak dan senyum tulus yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Inilah perjalanan Arsal Bahtiar bersama tim ekspedisi "Arah", sebuah perjalanan bukan sekadar untuk berpelesir, melainkan untuk menyambung nadi kehidupan yang sempat terputus di perbatasan Jawa Barat dan Banten.

Pelarian Menuju Kesunyian yang Indah

Kisah Jembatan yang Menyatukan Dua Provinsi

Photo :
  • youtube

Perjalanan dimulai saat fajar menyingsing di Jakarta. Meninggalkan aspal ibu kota, tim bergerak menuju pesisir selatan Sukabumi. Perjalanan darat sejauh 180 km membawa mereka melintasi kebun sawit yang menyerupai lanskap Sumatera, hingga akhirnya tiba di kawasan Pantai Sawarna.

Sebelum menunaikan misi utama, alam memberikan "salam pembuka" yang memukau. Di Pantai Legon Pari, Arsal berdiri menatap matahari yang lahir dari pelukan bumi, sementara di Karang Taraje, ombak yang menghantam tebing batu menciptakan air terjun laut yang megah.

Namun, di balik keindahan itu, ada kenyataan pahit yang tersembunyi di balik perbukitan hijau.

Kampung Paris: Desa di Garis Batas

Misi membawa tim semakin jauh ke pedalaman, menuju Kampung Paris di Desa Pasir Bungur. Desa ini berdiri di atas garis imajiner yang memisahkan dua provinsi. Di sini, batas wilayah bukan sekadar garis di peta, melainkan sebuah sungai yang harus diseberangi setiap hari oleh ribuan jiwa.

Arsal bertemu dengan anak-anak desa yang memiliki mimpi besar—ingin jadi pilot, polisi, hingga YouTuber. Namun, jalan menuju mimpi itu tidaklah mulus. Selama bertahun-tahun, anak-anak ini harus bertaruh nyawa menyeberangi jembatan bambu yang rapuh dan lapuk hanya untuk sampai ke sekolah.

"Dulu hanya pakai bambu, tidak aman. Kalau mau jual hasil tani seperti pisang dan duren, warga harus memutar jauh atau nekad lewat jembatan yang bolong," kenang salah satu warga dengan nada getir.

Jembatan Berkah: Kado Merdeka dari Langkah Berdampak

Momen kemerdekaan Agustus ini menjadi saksi lahirnya sebuah perubahan. Melalui kolaborasi bersama Paragon (Wardah & Kahf) serta Sinergi Foundation, tim meresmikan Jembatan Berkah.

Jembatan sepanjang 60 meter ini bukan hanya konstruksi besi dan beton. Ia adalah simbol kemerdekaan yang sesungguhnya bagi warga perbatasan.

  • Akses Pendidikan: Anak-anak kini bisa berjalan tegak menuju sekolah tanpa rasa takut terjatuh ke sungai.

  • Nadi Ekonomi: Petani tidak lagi terisolasi; hasil bumi kini bisa mengalir lancar ke pasar lintas provinsi.

  • Silaturahmi: Dua desa di dua provinsi kini benar-benar terhubung, menghapus jarak yang selama ini memisahkan saudara.

Menjadi "Anak Kecil" Kembali

Di akhir perjalanan, saat bendera Merah Putih berkibar di atas jembatan baru, Arsal merenung. Menjelajah ke desa-desa terpencil membuatnya lupa sejenak akan kerumitan menjadi orang dewasa. Di sana, ia kembali belajar tentang rasa syukur dari hal-hal paling sederhana.

Jembatan Berkah kini berdiri kokoh, bukan hanya menghubungkan tanah Banten dan Jawa Barat, tapi menghubungkan harapan masa depan yang tadinya hampir pupus. Karena sejatinya, kemerdekaan adalah ketika akses menuju impian tak lagi terhambat oleh derasnya arus sungai atau rapuhnya bilah bambu.