Kisah Nyata (Part 5): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet
“Pergi, saya ga takut! Jangan ganggu-ganggu!” Ucap Pak Sakri lagi, kini sedikit berteriak. Sikap Pak Sakri ini membuat saya sedikit panik, ada apa lagi ini?. Pak Sakri berbicara, dengan entah siapa.
Apakah kami akan kembali diganggu oleh mereka yang tak terlihat? Entahlah saya tak ingin memikirkan nya. Ini bukan kali pertama kami diganggu makhluk ghaib di pendakian kali ini, namun tetap saja tidak lantas menjadikan kami berani menghadapi mereka.
Akhirnya kami memilih diam, tanpa banyak bertanya, berjalan sambil menundukkan kepala sepertinya hal yang tepat untuk kami lakukan. Jam 7 malam, kami tiba di Pos 2. Masih dengan sedikit bicara kami beristirahat sejenak, meneguk air minum dan memakan beberapa makanan ringan untuk mengganjal perut yang mulai keroncongan.
“Jangan liat kebelakang.” Ucap Panji tiba-tiba kepada saya dan Fahmi yang duduk tepat dihadapannya. “Kenapa Nji?” Bisik ku penasaran. “Kunti Na.” Jelasnya. Innalillahi lagi-lagi si Kunti, entah laki-laki atau perempuan, saya tidak mau mengetahuinya lebih dalam, cukup tau saja.
Sekilas, bayangan-bayangan gelap memang seperti memberi tanda bahwa mereka mengamati kami dari jarak yang cukup dekat. Saya mencoba menenggelamkan diri di bahu suami, agar tidak melihat mereka yang sedang kami bicarakan. Hutan ini benar-benar tidak menyajikan pemandangan lain, selain suasana mistis dan kegelapan.