Kisah Nyata (Part 3): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

“Alhamdulillaahh..sampai juga.” Ucap teman-teman kami seraya meluruskan kaki yang sejak tadi minta berhenti. Tidak terasa hampir 8 jam perjalanan kami hanya dari basecamp sampai di Pos 3 ini. Jalur yang kami lewati sebenarnya tidak terlalu terjal, tapi tidak pula landai, hanya saja terlalu penuh semak belukar.

Dua tenda yang sudah terpasang milik pendaki lain ini, terlihat begitu sepi, tanda penghuni di dalamnya sudah beristirahat dalam lelap. Namun ada yang ganjil dengan dua tenda ini, terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran dari dalam tenda, mungkin berasal dari salah satu Hp milik pendaki di dalamnya.

Suara riuh kami, mungkin membangunkan salah satu penghuni tenda tersebut. Samar-samar saya mendengar Panji dan rekan lainnya yang sudah sampai lebih dulu, berbincang dengan pendaki itu. “Ada yang kesurupan tadi, temennya yang perempuan”. Jelas Panji seraya berjalan kearah kami, dimana Saya, Fahmi dan Widi baru saja tiba di Pos ini “Kapan?.” Tanya ku.

“Barusan katanya, sebelum kita datang.” Jelas nya.

Oh..itulah sebabnya mengapa mereka membunyikan lantunan ayat suci Al-Quran dari dalam tenda. Tapi sepengalaman kami, hal itu hanya akan membuat penghuni lain disini makin marah, karena mereka terasa ditantang, dan diusik keberadaannya.

Tak lama, kami bergegas mencari lahan bagian datar yang kira-kira dapat kami jadikan tempat bermalam, namun karena terlalu sempit dan hanya menyisakan tanah kosong sedikit yang posisi nya agak miring, terpaksa kami membangun tenda disana.

Setelah 2 tenda terpasang rapih, Pak Sakri yang sejak tadi berdiri disamping tempat kami mendirikan tenda, mengamati ke arah pohon tepat dari mana arah kami datang tadi. ”Masih ada ya Pak?”.

Tanya Panji. Panji dan Bang Eps terlihat bolak-balik berkerumun mendekati Pak Sakri. “Itu dipohon itu, lagi liatin kesini.” Jawab Pak Sakri santai sambil meniupkan asap rokoknya. “Apaan sih Nji?,” tanya ku.

“Kuntilanak!” Jawabnya singkat. Tidak mau memperpanjang pembicaraan saya langsung menenggelamkan diri bergabung dengan Widi yang sedang memanaskan air, bersama Fahmi, Asep dan Usep serta Bang Eps yang sejak tadi mondar mandir tidak jelas.