Kisah Nyata (Part 3): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

“Wukwukwuk”.. bunyi itu terdengar lagi. Kali ini Pak Sakri berpindah posisi dari belakang ke depan. Kini tinggal Bang Eps dan Panji berada paling belakang saling bergantian. “Saya pindah ke depan.”

Ujarnya, sambil bergegas jalan ke depan, Bang Epss dan Panji sudah pasti ber uji nyali dibelakang sana. “Kenapa Pak?.” Tanya ku. “Ga apa-apa” jawabnya. “Sudah lanjut jalan, jangan berhenti, biar cepat sampai Pos 3 kita bisa cepet bangun tenda disana, terus tidur.” Sambung Pak Sakri.

Tapi karena kami penasaran, dan pastinya sangat ingin tau ada apa sebenarnya, kami sedikit memaksa Pak Sakri untuk memberitahu suara apa itu. Dengan nada suara yang seolah-olah dibuat agar terdengar biasa, Pak Sakri akhirnya memberi tahu kami suara apa itu sebenarnya.

“Itu adalah suara Kuntilanak lelaki, biasanya merupakan demit jejadian dari manusia-manusia penganut ilmu hitam.” Ujarnya. “Hah? Yang bener Pak?”. Tanya ku. “Iya tapi jangan takut, baca-baca doa aja, pikiran jangan kosong insyaallah ga diganggu.” Jawab Pak Sakri menenangkan.

*

Disinilah saya baru tahu, Bahwa kuntilanak itu ada laki-laki dan ada juga yang perempuan, kuntilanak laki-laki katanya lebih jahat dari pada yang perempuan, tapi apapun itu tetap saja, bagi saya mereka menyeramkan.

Kuntilanak itu kini mengikuti sepanjang perjalanan kami, walau saya tidak melihatnya, tapi saya dapat merasakan bahwa kuntilanak tersebut mengamati kami sejak tadi. Entah kesalahan apalagi yang kami perbuat kali ini, sehingga harus diikuti makhluk jadi-jadian seperti ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, kami belum juga sampai di Pos 3, perjalanan terasa sangat lambat, padahal kami terhitung jarang sekali berhenti semenjak kaki Panji sudah kembali pulih tadi. Suara kuntilanak itu timbul dan tenggelam, tapi pasti ada disekililing kami, mengiringi perjalanan kami disepanjang malam ini.

Tiba disebuah tanah lapang yang tidak begitu besar, sudah tertancap dua tenda disana. Ini pasti Pos 3, akhirnya kami menemui pendaki lain di gunung ini, dimana semenjak awal perjalanan, tidak ada satu pun pendaki lain bepapasan dengan kami.