Ancaman Mematikan di Usia 20-an: Mengapa Anak Muda Kini Rentan Terkena Serangan Jantung
- Youtube
Olret – Serangan jantung identik dengan orang lanjut usia, namun kini kenyataan pahit justru menghantui generasi muda. Kasus henti jantung mendadak pada usia 20-an hingga 30-an tahun semakin sering terdengar, bahkan terjadi saat mereka sedang berolahraga.
Apa yang salah? Mengapa gaya hidup modern dan kebiasaan sehat seperti olahraga justru gagal melindungi kita?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Swastya Dwi Putra, dalam wawancaranya bersama Rory Asyari, mengungkap akar masalahnya: serangan jantung pada usia muda adalah hasil dari akumulasi gaya hidup yang toksik.
1. Mitos "Olahraga Bebas Makan Apa Saja"
olahraga padel
Banyak anak muda percaya, rutinitas lari, padel, atau angkat beban memberikan mereka izin untuk makan apa pun. Ini adalah mitos berbahaya.
Dr. Putra menegaskan, memiliki tubuh kurus atau aktif berolahraga tidak otomatis menjamin kesehatan jantung. Ia menemukan banyak pasien tidak obesitas yang memiliki profil kolesterol dan gula darah yang berantakan.
“Tidak semua orang yang kurus itu aman metabolismenya. Banyak pasien saya yang bukan obesitas, tapi saat kita periksa darahnya, ternyata berantakan,” ujar Dr. Putra.
Kombinasi makanan tinggi gula, gorengan, dan fast food adalah resep sempurna untuk penyakit jantung. Gorengan, terutama yang digoreng dengan minyak jelantah (dipanaskan berulang), memicu oksidasi kolesterol jahat (LDL), yang kemudian menyebabkan peradangan pada pembuluh darah dan membentuk plak.
Plak inilah biang keladinya. Ketika plak itu pecah (ruptur) akibat tekanan aliran darah, pecahannya menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil, dan saat itulah serangan jantung terjadi—bukan sekadar penumpukan plak perlahan.
2. Sang Pembunuh Senyap: Rokok dan Vape
Penyakit Mematikan Akibat Merokok
- shutterstock
Faktor risiko tunggal yang paling mencolok pada usia muda adalah merokok. Dr. Putra bahkan pernah menangani pasien serangan jantung termuda di usianya, yaitu seorang pria 21 tahun. Faktor risikonya hanya satu: perokok aktif dua bungkus per hari.
Baik rokok konvensional maupun vape memiliki bahaya yang sama. Kandungan nikotin adalah kunci masalahnya. Nikotin memicu peradangan pada pembuluh darah (disfungsi endotel), membuat plak LDL mudah menempel dan teroksidasi.