Mariana Yunita, Berjuang Merobohkan Tembok Tabu Seksualitas Melalui Tenggara Youth Community

Mariana Yunita Hendriyani Opat
Sumber :
  • photo by instagram @perempuantimor

Bacarita sendiri diambil dari bahasa Melayu Kupang yang artinya bercerita. Edukasi disampaikan dengan cara yang unik menggunakan metode pembelajaran inovatif seperti mendongeng, permainan edukasi, dan penggunaan alat peraga. 

Eksotisnya Panorama Alam dan Budaya Lokal Desa Wisata Budo

Tenggara Youth Community

Photo :
  • photo by instagram @tenggarantt

Selain itu masih ada TEMAN BACARITA sebuah kegiatan yang memberikan kesempatan belajar selama 2-3 bulan tentang isu seksual dan kesehatan reproduksi. 

Orang Desa Juga Melek Sastra, Heri Chandra Santoso Membuktikannya

Dilansir dalam laman instagram @tenggarantt, kegiatan ini mengharuskan pesertanya membuat konten social media mengenai isu yang dipilih. Secara nggak langsung cari ini membantu penyebaran informasi dan pengetahuan baru bagi orang banyak. 

Kegiatan lainnya yang nggak kalah seru ada KESPRO COMP suatu kegiatan dengan konsep belajar sambil bermain, mulai dari soal organ reproduksi, cara merawatnya, pubertas, kehamilan yang tidak direncanakan dan kekerasan seksual. Kegiatan ini sangat menarik dan fun. 

Agus Panca Saputra Bangkit Membangun Eduwisata KBA Layana Indah Pasca Tsunami Palu

Tenggara Youth Community

Photo :
  • photo by instagram @tenggarantt

Dan yang terbaru TENGGARA YOUTH COMMUNITY mengembangkan metode fasilitasi sendiri dengan berpedoman pada modul International Technical Guidance on Sexuality Education dari WHO dan juga menggunakan adaptasi konteks lokal, pendekatan agama dan melakukan fasilitasi. 

Selain itu Tenggara Youth Community juga berkolaborasi dengan BKKBN, Penanggulangan AIDS serta Woman For Indonesia agar program lebih meluas lagi.

HADANGAN SEJAK AWAL BERDIRI

Diakui Tata sejak awal berdiri komunitas Tenggara sudah memiliki beberapa masalah, misalnya kesulitan dalam mendapatkan relawan anak muda yang bersedja diajak turun ke lapangan. 

Hal itu diduga terjadi sebab tidak terlepas dari rendahnya kesadaran muda mudi akan pentingnya pendidikan seksual kala itu.

Begitu juga ketika Tata mulai menjangkau anak-anak dan remaja di beberapa daerah di NTT. Kehadirannya sempat diremehkan oleh para orangtua atau pendamping komunitas.

Bagi sebagian orangtua menganggap apa yang dilakukan Tata dengan mengedukasikan isu-isu hak kesehatan seksualitas maupun pendidikan seks seperti mengajarkan anak-anak pornografi dan dianggap sesuatu yang tidak boleh untuk diperbincangkan. 

Sebuah pola pikir dari masyarakat yang masih sangat tradisional sehingga membuat pelecehan seksual dan kekerasan seksual menjadi kian marak terjadi di Indonesia. 

Dan tentunya sebuah PR bagi kita semua untuk bisa mengedukasi banyak orang tentang isu-isu kesehatan seksual dan pendidikan seks. 

Halaman Selanjutnya
img_title