3 Fakta Menyakitkan tentang Pernikahan yang Jarang Dikatakan!

persiapan sebelum menikah
Sumber :

Orlet - Euforia ketika kita hendak melangsungkan akad nikah, antusias diri saat memasuki babak baru dari perjalanan kehidupan kita dengan memutuskan untuk menikah, semua itu tentu memberikan sensasi yang mendebarkan.

Cerita Uya Kuya Dapat Bantuan Yusuf Hamka Saat Kasus Penjarahan

Bayangan pernikahan yang bahagia, kehidupan percintaan harmonis, rumah tangga yang dipenuhi suka cita akan berbanding terbalik saat kita sudah berkecimpung mengarungi bahtera rumah tangga.

Ujian, tantangan, rintangan dan cobaan datang silih berganti menguji pasangan suami istri. Hanya mereka yang takut Tuhan, memiliki iman dan pengendalian dirilah akan mampu melewati masa-masa kritis pernikahan.

Menikah Dulu atau Bantu Orang Tua? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat

Berikut ini akan kita bahas mengenai tiga painful truth tentang pernikahan yang luput disadari oleh orang-orang dimabuk asmara seperti yang kami kutip dari akun instagram @jessy.psikolog, mari simak sampai tuntas.

1. Punya Anak Tidak Selalu Memperkuat Hubungan, Justru Mengujinya

5 Tips Mengatur Uang Bulanan Bersama Pasangan agar Tak Berujung Ribut

Pada umumnya pasangan yang menikah mengharapkan kehadiran buah hati. Mendambakan anak yang akan memeriahkan suasana rumah. Akan tetapi, memiliki anak tidak selalu mempererat hubungan suami istri. Hanya mereka yang cukup dewasa, siap secara mental mampu melewati masa-masa awal ketika si kecil lahir.

Tahukah kalian bahwa mempunyai bayi selain mendatangkan bahagia juga sangat menguji kesabaran. Terlebih setelah melahirkan badan ibu akan terasa sakit di sekujur tubuh. Support system sangat dibutuhkan seorang wanita yang telah menjadi ibu, terutama dari suami.

Bayangkan jika sang suami tidak memberikan dukungan baik itu dengan membantu meringankan pekerjaan ibu sekaligus membantu mengasuh bayi. Menyerahkan segalanya pada keluarga padahal peran suami sangat penting dalam mendampingi istri yang baru saja melahirkan.

Pembagian peran, komunikasi, pola asuh, banyak aspek yang kemudian diuji setelah memiliki anak. Jika mampu melaluinya pasangan suami istri akan lebih mengenal dan semakin bahagia.

2. Pernikahan Tidak Menghapus Trauma, Justru Mengaktivasinya

Penulis mempunyai pengalaman pribadi berkaitan dengan trauma tentang pernikahan. Dan poin kedua ini memang sangat benar. Seringnya menyaksikan rumah tangga orang lain hancur karena pihak ketiga, menjadi tempat curhat teman yang gagal menuju pelaminan padahal sudah bertunangan, memicu reaksi berlebihan berupa rasa takut akan pengkhianatan, kekhawatiran membangun biduk rumah tangga.

Halaman Selanjutnya
img_title