Perbucinan Anak Muda
- Pexels/Summer Stock
Olret – Begitulah awal obrolan mengantarku padamu
Sosok yang tidak asing, sebenarnya
Namun, terlalu kuabaikan dalam delapan tahun terakhir
Sambil mendengar musik ballad,
Kupasrahkan cintaku padamu
Rasa ingin tahuku begitu meletup-letup
Lalu mereka mendendangkan kisah demi kisahmu tentangmu dengan penuh semangat
Mendengar fakta tentangmu dalam ruang cakap dengan penuh kepatuhan
Sosok penuh warna di gambar digital yang digilai jutaan orang
Dengan bangga, aku mengumumkan menjadi bagian dari mereka
Terlalu berlebihan, memang
Lalu semesta menarik kesadaranku
Mencegahku hanyut dalam pusara ilusi penuh cuitan
Aku menolak panggilan itu, awalnya
Tampak kau masih rupawan dan penuh gemerlap
Puisi-puisiku tak jemu membicarakanmu
Mimpi-mimpiku pun merekam lakumu
Meski kau tak tau eksistensiku,
tak tau kita berbagi oksigen yang sama
Namun, rasa ini tak menimbulkan sesal
Entah nyata atau bukan, ampunilah,
Jika sudut pikirku berpijar hanya dengan melihatnya hidup
Kami Bertemu Lagi
Jumpa lagi dengan kamu
Di bawah bentangan bintang seperti kemarin
Senyummu menular!
Laraku tunggang langgang tanpa usaha
Kamu tampak berbeda
Rasanya, sosokmu semakin mudah menguasai pikir
Rasanya, dadaku sesak dipenuhi rindu
Rasanya, kamu adalah kebahagiaan yang sempat kulupa
Kita jumpa lagi, sekarang
Terima kasih telah datang
Terima kasih telah bertahan
Menutup telinga ternyata memakan banyak tenaga
Bisakah kita saling mendekap?
Kita adalah satu 'kan?
Semua Pintu Seolah Tertutup
Jika belum waktunya, semua pintu seolah tertutup, semua harap seakan tak tergapai, dan semua ingin seakan tertolak. Sebaliknya, jika saatnya telah tiba, semua keberuntungan seakan mengepung dari segala arah dan akan membuatmu terpana.
Perbucinan Anak Muda
1/ Ini adalah tentang sosoknya yang menjadi candu
Terlambat, memang
Kesalahan paling telak karena telat mengagumi,
Kini ia tanpa bosan bercengkrama dalam mimpi,
dan senyumnya semakin membiusku untuk terus mendamba
2/ Ini tentang hati yang kini dirajai,
satu-satunya yang menghidupkan pijar di benak,
meskipun tak dapat kugenggam,
ia tetap terjerat kuat dalam angan
3/ Ini tentang waktu yang segera mempertemukan,
waktu yang rasanya baru berdetak,
namun, terasa begitu lama,
aku tak ingin lagi tertinggal cerita tentangnya
4/ Ini tentang rasa yang akan kujaga,
sebagaimana ia yang mengukir nama ini abadi di tubuhnya,
bagian khusus yang takkan terhapus
5/ Ini tentang satu hal yang pasti,
hadirmu tak Akan menimbulkan sesal,
kata "kita" yang seolah fatamorgana takkan terkikis waktu,
kelak kita akan mengenang cerita ini,
menyatukan detak dan denyut kehidupan dalam satu ruang,
kita adalah satu