Teruntuk Kamu yang Menjabarkan Diri Sebagai Masa Lalu

Ikhlaskan Masa Lalumu
Sumber :
  • instagram

Jakarta, Olret – Untuk mengembalikan warasku, aku telah bersusah payah akan berbagai hal. Mulai dari hal melupakanmu sampai dengan hal bahagia yang pernah kualami bersamamu. Bahkan, aku membutuhkan mimpi lain untuk menjadi penawar luka yang berlebihan.

Jodoh Bukan Pelarian! Anak 20-an Wajib Tahu: Tips Realistis Juan & Febi soal Cinta, Karier, dan Toxic Relationship

Pernah kamu tahu? Sejak hari itu aku mencoba memusnahkan dirimu dalam mimpi terindahku. Tak jarang langkah kakiku seakan terpotong tatkala melihat kembali kenangan manis yang pernah kita lalui. Apakah aku terlalu bodoh dalam hal melupakanmu?

Atau mungkin saja kenangan kita yang terlalu setia menemaniku? Iya, bagi diriku namun tidak untukmu. Hingga pada akhirnya destinasi mengikhlaskanmu sudah kutempuh dengan cukup baik. Bahkan, aku tak lagi pernah mengusik.

Berhenti Jadi People Pleaser! Ini 3 Kunci "Egois yang Benar" untuk Hidup Lebih Tenang

Aku Sudah Terbiasa Dengan Patah Hati, Jadi Biarkan Lah Tetap Menjadi Sebagai Masa Lalu

Namun, tiba-tiba saja malam ini semua kembali patah untuk kesekian kalinya. Tak perlu khawatir tentangku karena aku sudah cukup handal merawat luka kehilangan. Mungkin mimpi dan rasa telah tiada. Hanya saja, sakit dan sesak kembali datang tanpa permisi.

5 Film Animasi Jaman Dulu yang Bikin Kangen Masa Lalu

Nyonya? Bukankah kau telah melabeliku sebagai lelaki yang telah berlalu? Dan kau juga menjabarkan diri sebagai masa lalu? Lantas, mengapa perihalmu kembali datang padaku. Tidakkah kau tahu, aku kesulitan untuk bisa melukiskan lekung senyumku seperti ini.

Nyonya! Tak ada dan upaya yang lebih baik dari sebuah kebahagiaan bukan? Maka kumohon. Jangan kembali datang karena itu semua hanya akan membuatku berantakan. Dan percayalah, aku tak lagi memiliki daya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Bukannya Mengenangmu Nona, Hanya Saja Perasaan Pilu yang Kamu Tanamkan Sungguh Sulit Dilupakan.

Bukannya aku mengenangmu, hanya saja lukanya masih tertanam dalam lubuk hatiku. Mungkin butuh waktu untuk mengobati semuanya, hanya saja kadang kenangan tentangmu masih saja datang silih berganti. Kadang air mataku tak sengaja jatuh begitu saja, bila kuingat semua kenangan tentang kita.

Dahulu kita pernah berjanji untuk tak saling meninggalkan, sehingga akhirnya kamu lebih memilih pergi tanpa kabar. Hilang bagai ditelan bumi. Lama tak ada kabar darimu, kini kamu memberikan kabar dengan wajah sumringah. Katamu, aku akan menikah minggu depan bersama dia orang yang kamu pilih.

Halaman Selanjutnya
img_title