Orang Miskin Gak Boleh Malas? Ini Penjelasan Jujurnya!
- Youtube
Olret – Apakah benar orang miskin tidak boleh malas? Pertanyaan ini mungkin terdengar kontroversial, tetapi faktanya, ungkapan tersebut mengandung makna yang lebih dalam.
Hidup ini tidak sesederhana siapa yang mau berusaha dan siapa yang tidak. Ada banyak faktor yang memengaruhi, terutama realita ketimpangan ekonomi yang sangat nyata.
Realita Pahit Ketimpangan Ekonomi
Dunia tidak memberikan posisi awal yang sama bagi setiap orang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025 menunjukkan bahwa sekitar 23,85 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan di Indonesia, yaitu sekitar Rp20.000 per orang per hari. Ini berarti jutaan orang harus bertahan hidup dengan uang yang bagi sebagian orang di kota besar mungkin hanya cukup untuk segelas kopi.
Kesenjangan ini semakin terlihat ekstrem ketika kita melihat data dari laporan Oxfam. Empat orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan total yang setara dengan kekayaan 100 juta orang termiskin di negeri ini.
Bayangkan, hanya empat orang mampu mengimbangi gabungan harta sepertiga penduduk Indonesia. Ini menunjukkan bahwa sistem saat ini lebih menguntungkan mereka yang sudah berada di atas.
Orang kaya punya akses ke pendidikan terbaik, koneksi bisnis, dan modal usaha, sementara orang miskin sering kali terperangkap dalam lingkaran kekurangan.
Mengapa Kemalasan Sangat Berbahaya bagi Si Miskin?
Jika orang kaya malas, mereka mungkin tetap nyaman berkat tabungan orang tua. Namun, jika orang miskin malas, besok keluarganya mungkin tidak bisa makan. Kemalasan bagi mereka bisa memicu efek domino yang memperparah kemiskinan.
Waktu adalah sumber daya paling berharga. Setiap jam yang terbuang percuma berarti pendapatan hilang. Seorang buruh harian yang malas bekerja satu hari saja akan langsung kehilangan upah hari itu.
Kemalasan juga tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang yang ditanggung. Sering kali, mereka yang berada dalam kemiskinan tidak hidup untuk diri sendiri saja. Ada keluarga, anak, atau saudara yang nasibnya saling terkait.
Jika pencari nafkah utama malas, yang menderita bukan hanya dia, tetapi seluruh keluarga. Anak-anak bisa tumbuh tanpa gizi cukup atau pendidikan layak, mewarisi kemiskinan yang sama.