Serupa tapi Tak Sama: Begini Perbedaan Otrovert dan Ambivert

Ilustrasi berada di tengah-tengah kerumunan
Sumber :
  • Pexels/Suleyman Seykan

Olret – Jika dilihat sekilas, mungkin ambivert dan otrovert akan terlihat sebagai satu kepribadian yang sama. Dilansir dari laman The Times of India, para peneliti mengungkapkan ada perbedaan yang cukup signifikan antara ambivert dan otrovert. 

Bongkar 5 Kebohongan KPR: Ketika "Mimpi Punya Rumah" Berubah Menjadi Jerat Utang Jangka Panjang

Ambivert dikenal sebagai kepribadian yang mudah berkamuflase dari introvert ke mode extrovert tergantung kondisi. Di sisi lain, otrovert tidak pernah merasa sepenuhnya nyaman di salah satu kepribadian tersebut. 

Perbedaan Otrovert dengan Ambivert

Kontroversi Santri "Nguli" Bangun Pesantren: Gus Yahya Tegaskan Bukan Eksploitasi, Tapi Jihad Pendidikan Karakter!

Kepribadian otrovert cenderung mengisolasi diri ke manapun mereka pergi. Mereka tidak benar-benar membaur dengan kerumunan sosial, karena mereka menolak konvensi sosial itu sendiri. Singkatnya, otrovert tidak selalu menyatu, sedangkan ambivert bisa menyatu di mana saja dengan siapa saja. 

Apakah Kepribadian Baru Ini Memang Diperlukan? 

Apa Itu Otrovert? Bedanya dengan Introvert dan Ekstrovert

Kemunculan ‘otrovert’ bukan sekadar kepribadian baru. Hal ini mencerminkan bahwa kepribadian manusia itu kompleks dan tidak bisa sepenuhnya dikotak-kotakkan dalam kategori tertentu seperti hitam putih. Banyak orang merasa berada 'di antara' atau bahkan 'di luar' garis kepribadian konvensional

Ilustrasi interaksi sosial

Photo :
  • Pexels/Brett Sayles

Pemberian identitas baru pada otrovert bisa memberikan validasi pada orang yang sudah lama merasa tidak dipahami. Di era modern seperti sekarang, semua serba digital. Termasuk interaksi sosial bisa terjalin melalui ponsel dalam genggaman. Media sosial seringkali mewakili perilaku extrovert seperti berbagi terus menerus, budaya influencer dan aliran informasi tiada henti. Hal ini membuat interaksi mendalam yang jauh lebih tenang dan bermakna jadi terlupakan. 

Relevansi dengan Zaman

Di era ini, banyak dari kita tumbuh di dengan budaya, norma-norma sosial, bahasa dan kondisi yang dapat memperkuat perasaan “tidak hadir sepenuhnya” atau “tidak dianggap sepenuhnya”. Di situasi seperti sekarang ini, ‘label’ dan mengkotak-kotakkan seseorang dalam kategori tertentu bisa melegakan ketika mengurangi tekanan untuk menyesuaikan diri. 

Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya bukan antisosial, melainkan otrovert, hal ini bisa mengubah cara pandang atas pengalaman mereka menjadi sesuatu yang lebih berkesan terhadap diri sendiri. Di samping itu, memahami kepribadian ini bisa membantu menangani perasaan ‘keterasingan’ dan membuat seseorang berada pada situasi sosial yang lebih sehat dan bermakna. 

Halaman Selanjutnya
img_title