Tips Belanja Hemat Tanpa Terjebak Gimmick Supermarket

Ilustrasi belanja
Sumber :
  • https://www.pexels.com/@gustavo-fring

Olret – Masuk ke supermarket niatnya cuma beli sabun dan telur, tapi pulang-pulang kantong belanjaan penuh dengan camilan, botol minuman lucu, dan promo “beli dua gratis satu” yang sebenarnya nggak terlalu butuh. Familiar? Tenang, kamu nggak sendirian.

5 Barang Sehari-hari yang Tak Pernah Dibeli Orang Super Kaya

Supermarket memang punya banyak trik marketing atau “gimmick” yang dirancang untuk membuat kita belanja lebih banyak dari yang direncanakan. Tapi bukan berarti kita nggak bisa mengakalinya. Yuk, simak tips belanja hemat berikut ini supaya dompet tetap aman dan nggak gampang tergoda promo palsu!

 

1. Selalu Buat Daftar Belanja Sebelum Pergi

Jangan Nekat Beli Rumah KPR Jika Kamu Belum Tahu 7 Hal Ini

Ini adalah langkah paling sederhana tapi paling ampuh. Daftar belanja bisa jadi “rem” supaya kamu fokus pada apa yang benar-benar dibutuhkan. Tanpa daftar, kamu cenderung berkeliling tanpa tujuan dan lebih mudah tergoda beli ini-itu.

Tulis daftar di kertas kecil atau pakai aplikasi catatan di ponsel. Kalau perlu, urutkan berdasarkan area rak di supermarket biar lebih efisien dan nggak bolak-balik.

TECNO POVA 7 Resmi Meluncur: Smartphone Gaming 7000mAh dengan Desain Futuristik

 

2. Jangan Belanja Saat Lapar

Kondisi perut kosong bisa bikin otak kamu ikut lapar mata. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang belanja dalam keadaan lapar cenderung membeli lebih banyak makanan  terutama camilan dan produk instan.

Jadi, makan dulu sebelum belanja, atau minimal bawa botol air minum sendiri supaya nggak impulsif beli snack yang sebenarnya nggak perlu.

 

3. Waspadai Taktik “Diskon” dan “Harga Coret”

Supermarket pintar banget dalam memainkan harga. Misalnya, produk ditulis “Rp29.900” agar terlihat jauh lebih murah dibanding “Rp30.000”. Atau ada harga coret yang terlihat menggoda, padahal selisihnya cuma seribu rupiah dari harga normal.

Jangan langsung tergiur. Bandingkan harga dengan ukuran, berat bersih, dan merek lain. Kadang produk tanpa promo justru lebih murah jika dihitung per gram atau per liter.

 

4. Waspadai Penempatan Barang Strategis

Pernah sadar nggak kalau permen, baterai, dan barang kecil lain sering ditaruh di dekat kasir? Itu disebut “impulse buy zone” area yang sengaja dibuat untuk menggoda kamu saat antre membayar.

Selain itu, barang-barang dengan margin tinggi sering ditempatkan di rak sejajar mata. Sementara merek yang lebih murah bisa saja ada di bagian bawah atau atas rak. Jadi, jangan malas menengok ke atas dan bawah ya!

 

5. Jangan Tergoda Produk “Bundling”

Beli satu gratis satu, beli dua hemat lima ribu, atau paket kombo hemat  seringnya terdengar menguntungkan. Tapi coba pikir lagi, apakah kamu benar-benar butuh dua botol saus sambal atau tiga bungkus deterjen sekaligus?

Kalau kamu tidak butuh dalam waktu dekat atau ruang penyimpanan terbatas, sebaiknya beli secukupnya saja. Produk bundling hanya hemat kalau memang dibutuhkan dan bisa dipakai habis.

 

6. Manfaatkan Aplikasi Cashback dan E-Voucher

Beberapa supermarket sudah bekerja sama dengan aplikasi dompet digital, e-commerce, atau loyalty card yang menawarkan poin atau cashback. Daripada tergoda promo yang sebenarnya bukan kebutuhan, lebih baik manfaatkan promo dari aplikasi yang memang kamu gunakan.

Tapi ingat, jangan belanja hanya demi mengejar cashback. Pastikan kamu tetap mengutamakan kebutuhan utama.

 

7. Tetapkan Batas Maksimal Anggaran

Sebelum belanja, tentukan anggaran maksimal. Ini bisa jadi "rem darurat" supaya kamu nggak kalap saat melihat produk lucu atau kemasan menarik. Kalau perlu, bawa uang tunai sesuai anggaran agar lebih terkendali, terutama jika kamu tipe yang mudah tergoda saat belanja pakai kartu atau e-wallet.

 

Belanja di supermarket memang menyenangkan, tapi juga penuh jebakan yang halus tapi efektif. Dengan sedikit perencanaan dan trik jitu, kamu bisa belanja dengan cerdas tanpa terjebak gimmick yang bikin kantong jebol.

Ingat, hemat bukan berarti pelit. Hemat artinya bijak dan tahu kapan harus membeli maupun kapan cukup menahan diri. Jadi, next time kamu ke supermarket, pastikan kamu yang mengontrol belanjaan, bukan strategi marketing yang mengendalikan kamu!