Jangan Lakukan 7 Hal Ini Saat Dighosting Biar Kamu Nggak Terlihat Ngemis Perhatiannya
- Freepik
Olret – Dighosting itu pasti sangat menyakitkan. Seseorang yang sebelumnya begitu hadir tiba-tiba menghilang tanpa kabar, tanpa penjelasan, tanpa pamit. Yang tersisa hanya ruang kosong dan pertanyaan yang menggantung. Kenapa? Ada apa? Apa aku salah?
Wajar kalau kamu merasa terluka atau ingin mencari jawaban. Tapi di saat seperti ini, cara kamu merespon jauh lebih penting daripada alasan kenapa dia pergi. Jangan sampai kamu kehilangan kendali hanya karena seseorang memilih meninggalkanmu diam-diam.
Agar kamu tetap terlihat anggun dan menjaga harga dirimu, hindari tujuh hal ini saat dighosting
Mengirim pesan berkali-kali tanpa jawaban
Rasa bingung sering kali memicu kebutuhan untuk mendapat kejelasan. Kamu mungkin tergoda mengirim pesan satu per satu, berharap ada respon. Tapi ketika pesanmu terus diabaikan, kamu justru terlihat sedang mengejar orang yang memilih pergi.
Lebih baik berhenti. Diam kadang lebih bermakna daripada terus bertanya. Karena keheningan dari seseorang yang pernah dekat juga bisa jadi jawaban paling jujur.
Menyindir lewat story atau unggahan media sosial
Memposting kutipan galau, sindiran halus, atau lagu patah hati mungkin terasa seperti pelampiasan. Tapi secara tidak sadar, kamu sedang menunjukkan bahwa kamu masih berharap dia melihat dan peduli.
Lebih baik isi media sosialmu dengan hal-hal yang mencerminkan bahwa kamu tetap hidup, tetap kuat, dan tetap kamu. Bukan untuk memancing perhatiannya, tapi sebagai bentuk kasih sayang pada diri sendiri.
Menceritakan semuanya ke terlalu banyak orang
Curhat itu perlu, tapi kalau kamu terus-menerus membahas dia ke semua temanmu, kamu mungkin justru menghambat proses penyembuhanmu sendiri. Setiap cerita ulang bisa membuka luka yang sudah mulai menutup.
Coba batasi ruang curhatmu. Bicarakan pada orang yang benar-benar bisa mendengarkan, yang mampu merangkul tanpa membuatmu merasa makin tersesat.
Mengawasi aktivitas media sosialnya setiap saat
Kepo tentang kabarnya setelah menghilang memang menggoda. Tapi makin sering kamu melihat profilnya, kamu hanya akan makin sulit melepaskan. Setiap postingan bisa menimbulkan tafsir baru, yang belum tentu benar.
Kalau terasa mengganggu, tidak ada salahnya mengambil jarak. Menjauh dari apa pun yang memicu rasa ingin tahu bisa membantu kamu lebih cepat pulih.
Diam-diam mencari cara agar tetap terhubung
Bikin akun palsu, cek lewat akun teman, atau sengaja lewat tempat yang biasa dia datangi adalah bentuk keterikatan yang belum selesai. Kamu mungkin berharap bisa “kebetulan” tahu kabarnya, padahal kamu hanya sedang menahan luka agar tidak betul-betul sembuh.
Melepaskan seseorang tanpa kejar-kejaran adalah bentuk tertinggi dari menghormati dirimu sendiri.
Menyalahkan diri sendiri atau merasa tidak cukup
Ghosting sering kali membuat seseorang mempertanyakan nilai dirinya. Apakah aku kurang menarik? Terlalu biasa? Tidak cukup pintar? Tapi kamu perlu ingat, keputusan dia untuk pergi diam-diam adalah cerminan dari dirinya, bukan kamu.
Jangan biarkan sikap orang lain menentukan seberapa berharganya dirimu. Kamu layak dicintai dengan cara yang jujur, sehat, dan jelas.
Tergesa mencari pelarian baru
Keinginan untuk cepat move on bisa mendorongmu mencari sosok pengganti. Tapi ketika luka masih terbuka, hubungan baru bisa berubah jadi pelampiasan, bukan penyembuhan.
Berikan waktu untuk sendiri. Di saat kamu bisa berdamai dengan keheningan, kamu akan lebih siap menyambut cinta yang datang dengan versi terbaik dari dirimu sendiri.
Ghosting memang menyakitkan. Tapi kamu tidak perlu membuktikan apa pun kepada orang yang memilih pergi tanpa penjelasan. Caramu merespon adalah bentuk kekuatan yang paling nyata. Diam yang elegan jauh lebih kuat daripada kejar yang panik.
Jaga hatimu. Jaga dirimu. Yang pergi tanpa pamit tidak layak membuatmu kehilangan harga diri. Karena cinta yang tulus tidak pernah membuatmu merasa kecil, apalagi hilang arah.